Penulis: Sri Rahmita
Penyunting: Nur Nisrina Hanif Rifda
Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam rentang perkembangan individu. Pada masa ini, terjadi banyak perubahan diri individu sebagai tahapan memasuki masa dewasa. Remaja banyak mengalami gejolak perubahan, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Dalam masa peralihan ini, sering kali muncul konflik antara remaja dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungan sosial. Apabila tidak diselesaikan dengan baik, maka konflik-konflik tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja di masa mendatang, terutama dalam hal pematangan karakter hingga memicu terjadinya permasalahan kesehatan mental. Salah satu faktor utama terjadinya permasalahan kesehatan mental pada remaja yaitu penggunaan komunikasi elektronik dan media sosial, atau disebut juga sebagai digitalisasi.
Perkembangan pesat dalam hal teknologi informasi dan komunikasi semakin memudahkan manusia untuk berinteraksi ataupun mencari serta menyebarkan informasi melalui media internet. Saat ini, eksistensi media internet sangat digandrungi oleh generasi muda. Internet memberikan wadah baru bagi berbagai generasi untuk saling berinteraksi secara daring (online). Media internet juga dapat menjadi wadah bagi remaja untuk berekspresi dan mengembangkan kreativitas. Media internet menjadi hal yang tidak terpisahkan dari tumbuh kembang remaja (Griggs, 2009). Hal ini dibuktikan dengan kondisi remaja saat ini yang akan merasa kehidupannya hampa ketika tidak mampu mengakses internet. Di sisi lain, internet juga memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja, salah satunya yaitu cybersex.
Cybersex mencakup berbagai aktivitas yang mengandung unsur pornografi, seperti melihat gambar-gambar erotis, terlibat dalam chatting mengenai seks, hingga saling bertukar gambar atau pesan tentang seks (Cooper, 2003). Cybersex dimanfaatkan oleh remaja untuk mengunjungi berbagai situs internet terkait aktivitas seksual dan mencari pengalaman seksual melalui internet.
Pengalaman seksual melalui internet terdiri dari dua jenis, yaitu pengalaman pasif, seperti menonton video porno, membaca cerita seks, dan melihat konten yang berbau pornografi; serta aktif, seperti melakukan hubungan seksual ataupun berfantasi seksual dengan pasangan di internet (Goldberg, 2004). Perilaku cybersex pada remaja tersebut dapat dipengaruhi oleh kemudahan mengakses konten pornografi di internet serta anonimitas atau kerahasiaan nama ketika mengakses konten pornografi tersebut (Afriani, 2016).
Ross dkk. (2005) menyatakan bahwa penggunaan internet dengan tujuan seksual banyak didominasi oleh kalangan remaja. Rasa ingin tahu yang besar menyebabkan remaja mencari informasi mengenai seksualitas melalui internet sebagai sumber informasi yang mudah diakses dan didapatkan. Namun, tidak setiap informasi yang diperoleh dapat dipahami secara bijak oleh remaja sehingga memberikan dampak negatif (Mukhlis, 2010). Kerentanan remaja dalam menghadapi masalah seksualitas timbul seiring dengan perkembangan remaja yang sedang dalam masa pancaroba atau peralihan. Pada masa ini, remaja akan mengalami perubahan fisik dan psikis dengan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Remaja juga akan mengalami perkembangan alat dan hormon seksualitas yang turut memengaruhi kondisi psikis remaja (Harlock, 2011).
Kematangan secara seksual membuat remaja menjadi mudah terangsang akan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas karena dorongan seksual yang meningkat. Salah satu cara yang dianggap paling “aman” untuk menyalurkan hasrat seksual bagi remaja adalah dengan mengakses berbagai macam aktivitas seksual melalui internet, salah satunya adalah dengan menonton konten pornografi. Pornografi merupakan media eksplisit seksual yang bertujuan untuk membangkitkan gairah seksual yang melihatnya (Malamuth & Huppin, 2005).
Fenomena seringnya remaja mengakses cybersex dapat berdampak terhadap kecanduan akan hal-hal seksual, kerusakan fungsi otak, penurunan intelegensi dan prestasi akademik karena tidak mampu membuat perencanaan, ketidakmampuan mengontrol hawa nafsu dan emosi, = serta ketidakmampuan mengambil keputusan (Sauvika, 2017). Dampak lain yang ditimbulkan adalah masalah dalam hubungan sosial, seperti maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja karena meniru konten yang mereka lihat. Selain itu, Cooper dkk., (2000) mengemukakan bahwa individu yang melihat tayangan pornografi di internet secara terus-menerus termasuk dalam kriteria permasalahan seksual kompulsif.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi cybersex pada remaja (Dianawati, 2006; Willis, 2017), antara lain:
- Pembinaan mental dan kepribadian yang berlandaskan pendidikan agama
- Pemberian edukasi seksual pada remaja
- Penguatan pengawasan dari guru dan orang tua
- Pemantauan orangtua terhadap remaja saat mengakses internet, baik menggunakan smartphone ataupun komputer
- Pengembangan bakat-bakat khusus yang dimiliki remaja.
Referensi
Cooper, A., Delmonico, D. L., & Burg, R. (2000). Cybersex users, abusers, and compulsives: new findings and implications. Sexual Addiction and Compulsivity, 7, 5–2
Cooper, A., Mansson, S.A., Daneback, K., Tikkanen, R.,& Ross, M. (2003). Predicting the future of internet sex: online sexual activities in Sweden. Sexual and Relationship Therapy, 18-(3), 277-291.
Dianawati, A. (2006). Pendikan seksual remaja. Kawan Pustaka
Goldberg, P. D. (2004). An exploratory study about the impacts that cybersex (the use of the internet for sexual purposes) is having on families and the practices of marriage and family therapists. Thesis, Polytechnic Institute and State University. Faculty of the Virginia.
Griffiths, M. (2001). Sex on the internet: observations and implications for internet sex addictions. The Journal of Sex Research, 38, 333–342.
Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Erlangga
Malamuth, N. M., Huppin, M., & Paul, B. (2005). Sexual coercion. In D. M. Buss (Ed.), The handbook of evolutionary psychology (pp. 394–418). John Wiley & Sons, Inc.
Ross, M. W., Månsson, S.-A., Daneback, K., Cooper, A., & Tikkanen, R. (2005). Biases in internet sexual health samples: comparison of an internet sexuality survey and a national sexual health survey in Sweden. Social Science & Medicine, 61(1), 245–252. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2005.01.019
Willis, Sofyan S. 2017. Remaja dan masalahnya (mengupas berbagai bentuk kenakalan remaja seperti narkoba, free sex dan pemecahannya). Alfabeta