• Home
  • About Us
    • Managing Team
    • Researchers
    • Interns
    • Associates
  • Articles
  • Courses
  • Activities
    • CLSD Reader’s Club
    • Research of Baby Screening
    • COMPRE Class
    • Summer Course
    • Photovoice
    • SAELA
    • Community Service
  • Research & Publication
Universitas Gadjah Mada Center for Life-Span Development (CLSD)
Faculty of Psychology
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • About Us
    • Managing Team
    • Researchers
    • Interns
    • Associates
  • Articles
  • Courses
  • Activities
    • CLSD Reader’s Club
    • Research of Baby Screening
    • COMPRE Class
    • Summer Course
    • Photovoice
    • SAELA
    • Community Service
  • Research & Publication

Photovoice Virtual Exhibition of SAELA

SAELA Thursday, 4 January 2024

Since March 2023, 31 child and young researchers from Yogyakarta, Kupang, and Jambi have been actively involved in various stages of action research as part of the “Our (photo) Voice: Children and Young People’s Joint Action Research on Student Wellbeing for All” project. Through this project, these child and young researchers are driven to amplify their own voices and those of their peers by sharing insights into the psychological well-being of students in their schools. One of the ways they’re doing this is by showcasing their research findings in this virtual exhibition.

This virtual exhibition features over 30 images accompanied by explanations provided by our child and young researchers. Within each image, they vividly portray their experiences with inclusive education at school and shed light on the factors, both supportive and detrimental, affecting their psychological well-being in the school environment.

This virtual exhibition is open to the public and accessible at any time. We invite you to visit and immerse yourself in the voices of our young researchers!

https://www.artsteps.com/view/64ef2c058b8b54d2b4f08616

Sharing Insight: SAELA 2022 Project Unveiled at the Youth Research Collective, University of Melbourne

SAELA Friday, 8 December 2023

On Wednesday, November 22nd, 2023, Dr. Annie Gowing hosted a public seminar for the Youth Research Collective at the Faculty of Education, University of Melbourne. During this seminar, Dr. Elga Andriana presented the SAELA 2022 project. The project involved teams of child researchers who investigated student wellbeing using the photovoice method in three different locations: Yogyakarta, Kupang, and a jungle child community in Jambi.

Dr. Andriana presented several findings from the study. These included the understanding of well-being as self-acceptance, personal growth, having a sense of purpose, positive interpersonal relationships, and enjoyment of learning. However, there were also concerning findings, such as students being tired of writing tasks, experiencing sexual harassment, and problems arising from ‘jam kosong’ or teachers’ absenteeism leaving the students to study independently. This has caused issues such as bullying towards students with disabilities.

The audience provided insightful feedback, emphasizing the importance of researchers ethically supporting the community to solve problems and the need for models on how research responds to issues found.

Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Anak: Memahami Efek Positif dan Negatif

ArtikelArtikel Thursday, 23 November 2023

Penulis: Vivaldhi Aurel Ramadhan

Penyunting: Muhammad Ikbal Wahyu Sukron

Penggunaan gadget telah merevolusi cara kita berinteraksi, belajar, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Di era digital, anak-anak tumbuh dengan kemudahan dalam mengakses gadget, seperti smartphone, tablet, dan laptop yang telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Gadget dapat menyediakan akses tak terbatas pada informasi, hiburan, dan komunikasi. Namun, perdebatan tentang efek sebenarnya dari penggunaan gadget terus berlanjut, terutama terkait dampaknya pada perkembangan individu dan masyarakat. Saat membahas mengenai dampak gadget terhadap individu dan masyarakat, terdapat dua sisi: efek positif dan negatif. Artikel ini akan berfokus pada dampak gadget terhadap perkembangan anak.

Gadget dapat memberi dampak positif pada perkembangan anak, seperti meningkatkan kreativitas, kemampuan berkomunikasi, dan sosial anak. Hasil studi Syifa dkk. (2018) menyimpulkan bahwa penggunaan gadget berdampak positif terhadap perkembangan psikologi anak, lebih tepatnya dalam ranah kognitif dan afektif. Dalam studi Syifa dkk. (2018), ditemukan bahwa anak Sekolah Dasar dapat dengan mudah mencari informasi tentang pembelajaran berkomunikasi dengan teman sebaya melalui gadget. Kemudahan dalam mengakses informasi dapat meningkatkan kreativitas dan pengetahuan anak. Selain itu, anak dapat mempelajari sikap dan nilai yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk penjelasan lebih lanjut, gadget dapat mendukung anak untuk belajar secara mandiri melalui akses tak terbatas ke informasi. Anak dapat mencari informasi, membaca buku digital, dan mengeksplorasi dunia dengan lebih luas. Selebihnya, gadget menawarkan peluang untuk pembelajaran interaktif. Aplikasi edukatif dapat membantu anak-anak dalam memahami konsep-konsep visual secara menarik yang dapat meningkatkan daya tangkap anak terhadap materi pelajaran.

Selain itu, gadget dapat membantu perkembangan fungsi adaptif anak. Dalam penelitian Yumarni (2022), dijelaskan bahwa perkembangan kemampuan adaptif anak bisa didukung dengan baik melalui kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Pada zaman digital ini, anak diharapkan mampu menguasai cara menggunakan gadget dan dapat mengikuti perkembangan teknologi.

Terakhir, gadget dapat memberikan dampak positif bagi motorik dan kognitif anak (Sundus, 2017, dalam Rahayu dkk., 2021). Rahayu dkk. (2021) menjelaskan dampak menguntungkan pada kemampuan motorik anak dapat diamati dari aspek keterampilan motorik yang melibatkan otot-otot kecil, seperti pergerakan pada bibir, jari, dan pergelangan tangan. Anak-anak‒secara tidak langsung‒melakukan pelatihan otot jari ketika berinteraksi dengan gadget, yaitu saat penggunaan layar sentuh, mengetik dan menulis digital, permainan interaktif, dan lain-lain. Mengenai pengaruh menguntungkan terhadap aspek kognitif anak, bisa diperhatikan dari kapasitas untuk berpikir atau memproses informasi, kemampuan penalaran, dan daya ingat, yang melibatkan aktivitas saraf dalam otak (Mardalena dkk., 2020, dalam Rahayu dkk., 2021). Dari hasil penelitian ini, gadget bisa menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan daya ingat dan kemampuan anak dalam memproses informasi baru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak dari segi kognitif dapat ditingkatkan melalui penggunaan gadget.

Di balik manfaat positif gadget, masih terdapat dampak negatif penggunaan gadget terhadap tumbuh kembang anak. Berdasarkan studi Rahayu dkk. (2021), gadget dapat menghambat perkembangan bicara dan bahasa anak. Hal ini terjadi karena anak menghabiskan waktu lebih banyak di depan layar gadget dibandingkan berinteraksi dengan orang lain yang dapat melancarkan pembelajaran berbicara dan berbahasa. Akibatnya, anak jarang berinteraksi dengan orang lain dan mengakibatkan kurangnya kemampuan bicara dan bahasa anak.

Kedua, penggunaan gadget secara berlebihan dapat berdampak negatif terhadap pembentukan karakter anak. Rahayu dkk. (2021) menjelaskan bahwa pengaruh buruk pada pembentukan karakter anak dapat disebabkan oleh penggunaan gadget melalui konten-konten yang kurang baik. Contohnya, terdapat berbagai video di platform Youtube yang dapat mengakibatkan anak berperilaku kurang sopan terhadap orang yang lebih dewasa dan berkata kasar.

Terakhir, kelebihan menggunakan gadget dapat mengganggu fungsi prefrontal cortex anak. Dengan anak kecanduan dengan gadget, otak pada anak dapat menyekresi hormon dopamin secara berlebihan yang dapat mengakibatkan fungsi prefrontal cortex menjadi terganggu. Hal ini dapat mempengaruhi wilayah dalam otak‒secara negatif‒yang mengendalikan emosi, regulasi diri, tanggung jawab, pengambilan keputusan, dan prinsip-prinsip moral lainnya.

Kesimpulannya adalah penggunaan gadget pada anak-anak memiliki dampak yang bervariasi yang harus dipertimbangkan dengan cermat. Gadget memberikan peluang untuk pembelajaran yang interaktif, membantu membangun fungsi adaptif, dan mengembangkan motorik dan kognitif. Namun, gadget juga dapat menimbulkan tantangan seperti menghambat perkembangan bicara dan bahasa anak. Oleh karena itu, peran orang tua dan pendidik sangatlah penting dalam mengatur penggunaan gadget pada anak-anak. Di tengah dunia yang semakin terhubung secara digital, pemahaman bahwa perangkat elektronik adalah alat yang dapat dimanfaatkan secara bijaksana menjadi kunci. Dengan melakukan pemantauan, mengatur waktu layar, dan mengawasi konten yang sesuai, dampak positif dari penggunaan gadget dapat ditingkatkan sementara tantangan dan efek negatifnya dapat diminimalisir.

Referensi

Syifa, L., Setianingsih, E. S., & Sulianto, J. (2019). Dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan psikologi pada anak sekolah dasar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(4), 538. https://doi.org/10.23887/jisd.v3i4.22310

Yumarni, V. (2022). Pengaruh gadget terhadap anak usia dini. Jurnal Literasiologi. Volume 8, (2). https://media.neliti.com/media/publications/556623-pengaruh-gadget-terhadap-anak-usia-dini-a99897cc.pdf

Rahayu, N. S., Elan, Mulyadi, S. (2021). Analisis penggunaan gadget pada anak usia dini.  Jurnal PAUD Agapedia, Vol.5 No. 2.

Dilema Penggunaan Gawai pada Perkembangan Anak

ArtikelArtikel Thursday, 23 November 2023

Penulis: Athanasia Dianri Susetiya Putri

Penyunting: Muhammad Ikbal Wahyu Sukron

Di era digital saat ini, gawai telah menjadi bagian penting dalam kehidupan. Bahkan, gawai tak hanya digunakan oleh orang dewasa, tapi juga kanak-kanak usia dini (Siregar & Yaswinda, 2022). Ya, melihat anak-anak yang lihai bermain gawai tampaknya sudah bukan fenomena yang asing lagi. Lalu, apakah hal ini merupakan hal yang baik atau buruk? Seperti yang kita tahu, usia 6 tahun pertama sering disebut sebagai “masa peka”, yaitu masa kritis dalam perkembangan sehingga stimulus yang diberikan lebih mudah ditangkap oleh anak. Dapat dikatakan anak sangat sensitif atau peka terhadap apa yang ia alami. Periode ini biasanya ditandai dengan tingginya rasa keingintahuan anak yang tampak dari seringnya anak menanyakan hal yang dilihatnya (Hamidah & Purnamasari, 2018; Pebriana, 2017). Dengan begitu, penggunaan gawai tentu memengaruhi perkembangan anak (Siregar & Yaswinda, 2022). Nah, kira-kira apa saja ya dampaknya? Dan apa yang sebaiknya orangtua lakukan agar perkembangan anak dapat optimal di era digital ini? Yuk, simak ulasannya berikut!

Gawai dapat memengaruhi perkembangan anak dalam berbagai aspek, yaitu aspek kognitif, sosio-emosional, dan fisik (Mashrah, 2017). Pada aspek kognitif, terdapat berbagai permainan yang dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak, misalnya permainan puzzle, alat musik, dan mewarnai (Charles Nechtem Associates [CNA], 2021; Siregar & Yaswinda, 2022). Hal ini akan mendorong kreativitas anak dan menstimulasi kemampuannya dalam memecahkan masalah (CNA, 2021; Hamidah & Purnamasari, 2018), sehingga anak akan lebih mampu untuk mengambil keputusan secara cepat (Hamidah & Purnamasari, 2018). Selain itu, gawai juga memungkinkan anak untuk mengakses tayangan edukasi yang dapat memperkaya perbendaharaan katanya (Siregar & Yaswinda, 2022), mengetahui informasi yang menarik minatnya (CNA, 2021), hingga menirukan gerakan dan lagu yang dilihatnya dari internet (Siregar & Yaswinda, 2022).

Meskipun gawai dapat menstimulasi kemampuan kognitif anak, apabila digunakan secara berlebihan, maka yang terjadi justru penurunan kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 dari 10 anak mengalami kecanduan gawai hingga membuatnya tidak fokus belajar karena pikirannya asyik pada games yang dimainkan di rumah (Harsela & Qalbi, 2020); kemampuan anak dalam berkonsentrasi juga akan menurun dan mudah terdistraksi (CNA, 2021; Ricci dkk., 2022; Siregar & Yaswinda, 2022). Selain itu, anak bisa jadi terlalu mengandalkan gawai dalam memecahkan masalahnya sehingga perkembangan otaknya kurang terstimulasi (CNA, 2021). Penggunaan yang berlebihan juga dapat menghambat perkembangan berbahasa anak (Ricci dkk., 2022; Siregar & Yaswinda, 2022).

Seperti halnya aspek kognitif, pengaruh gawai juga bagaikan pedang bermata dua pada perkembangan aspek sosio-emosional anak. Di satu sisi, gawai dapat menjadi sarana berkomunikasi antara anak dengan anggota keluarga ataupun teman sebayanya yang tinggal berjauhan (CNA, 2021). Di sisi lain, durasi yang dihabiskan untuk bermain gawai, berbanding terbalik dengan kesempatan anak untuk mengembangkan keterampilannya dalam bersosialisasi. Alhasil, anak dapat mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, pemalu, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, sangat mungkin anak enggan untuk bersosialisasi karena gawai lebih menarik baginya (CNA, 2021), anak lebih memilih gawainya daripada mematuhi orangtua, bahkan marah (Siregar & Yaswinda, 2022).

Penggunaan gawai yang berlebihan juga berdampak negatif bagi kesehatan tubuh. Ketika anak lebih sering bermain gawai daripada melakukan aktivitas fisik, maka hal ini rawan memicu obesitas (CNA, 2021). Penggunaan gawai secara berlebihan juga dapat menurunkan jumlah jam tidur anak karena anak lebih tertarik untuk memainkan gawainya (LeBourgeois dkk., 2017). Selain kuantitas jam tidur, gawai juga berdampak negatif pada kualitas tidur anak, khususnya ketika dimainkan menjelang jam tidur. Tak hanya itu, cahaya yang dipancarkan gawai memberi sinyal pada tubuh untuk terjaga, bukannya mengantuk (Centers for Disease Control and Prevention, 2023; Ricci dkk., 2022). Apabila dibiarkan, menurunnya kualitas tidur berdampak negatif bagi sistem imun dan suasana hati anak (CNA, 2021; Miranti & Putri, 2021).

Sekarang sudah tergambar ya, betapa besarnya dampak gawai pada perkembangan anak. Agar anak dapat mencapai perkembangan yang optimal, orangtua perlu menerapkan aturan dan batasan penggunaan gawai secara bijak. Berikut tipsnya:

  1. Terapkan durasi screen time. Anak di bawah usia 12 bulan tidak boleh menggunakan gawai sama sekali dan anak di bawah 5 tahun tidak boleh memainkan gawai lebih dari 1 jam. Dengan begitu, anak dapat melakukan aktivitas fisik dan interaksi dengan orang sekitar, seperti membaca dan mendengarkan cerita (World Health Organization, 2019). Bagi anak di atas usia 5 tahun, usahakan untuk tidak menggunakan gawai lebih dari 2 jam dalam sehari (Syifa dkk., 2019). Orangtua juga dapat menerapkan waktu bebas gawai, misalnya saat makan dan acara keluarga. Dengan begitu, anak tetap aktif berinteraksi (CNA, 2021).  
  2. Awasi konten yang diakses anak. Orangtua perlu memastikan bahwa konten yang diakses anak sesuai dengan usianya (CNA, 2021). Meski begitu, apabila anak terpapar konten negatif, janganlah memarahi anak secara berlebihan, melainkan berikan arahan, bimbingan, dan penjelasan yang mudah dipahami anak (Syifa dkk., 2019).
  3. Jadilah teladan bagi anak. Orangtua juga perlu menjadi teladan untuk menggunakan gawai secara tidak berlebihan (Syifa dkk., 2019). Anak membutuhkan perhatian, kepedulian, dan bimbingan orangtua, termasuk dalam penggunaan gawai (Mashrah, 2017; Sagr & Sagr, 2020). Untuk itu, penting bagi orangtua untuk tidak menjadikan gawai sebagai pengganti kehadirannya. Anak perlu merasa diperhatikan dan dicintai, sesuatu yang bisa ia dapatkan dari orangtua, bukan gawai.

Referensi:

Centers for Disease Control and Prevention. (2023, April 13). Effects of light. (https://www.cdc.gov/niosh/emres/longhourstraining/light.html#:~:text=Your%20body’s%20circadian%20clock%20responds,at%20night%20to%20sleep%20better.

Charles Nechtem Associates. (2021). The impact of technology on children. https://www.cerritos.edu/hr/_includes/docs/August_2021_The_Impact_of_Technology_on_Children_ua.pdf

Hamidah, N. & Purnamasari, U. D. (2018). Childhood in digital generation: Using gadget for cognitive, emotional, and social development. Proceeding of International Conference on Child-Friendly Education, 268-273. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10068/ICCE%20Proceeding%20FULL%20rev06062018_48.pdf?sequence=1

Harsela, F. & Qalbi, Z. (2020). Dampak permainan gadget dalam mempengaruhi perkembangan kognitif anak di TK Dharma Wanita Bengkulu. Journal Pena PAUD, 1(1). https://doi.org/10.33369/penapaud.v1i1.13851

LeBourgeois, M.K., Hale, L., Chang, A.M., Akacem, L.D., Montgomery-Downs, H.E., & Buxton, O.M. (2017). Digital media and sleep in childhood and adolescence. American Academy of Pediatrics, 140(2), 592-596. https://doi.org/10.1542/peds.2016-1758J

Mashrah, H. T. (2017). The impact of adopting and using technology by children. Journal of Education and Learning, 11(1), 35-40. https://doi.org/10.11591/edulearn.v11i1.5588

Miranti, P. & Putri, L. D. (2021). Waspadai dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial anak usia dini. Jurnal Cendekiawan Ilmiah PLS, 6(1), 58–66. https://doi.org/10.37058/jpls.v6i1.3205 

Pebriana, P. H. (2017). Analisis penggunaan gadget terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1–11. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.26

Ricci, R. C., Paulo, A. S. C., Freitas, A. K. P. B., Ribeiro, I. C., Pires, L. S. A., Facina, M. E. L., Cabral, M. B., Parduci, N. V., Spegiorin, R. C., Bogado, S. S. G., Chociay Junior, S., Carachesti, T. N., & Larroque, M. M. (2022). Impacts of technology on children’s health: A systematic review. Revista Paulista de Pediatria : Orgao Oficial da Sociedade de Pediatria de Sao Paulo, 41. https://doi.org/10.1590/1984-0462/2023/41/2020504

Sagr, A. N. A. & Sagr, N. A. A. (2020). The effect of electronics on the growth and development of young children: A narrative review. Journal of Health Informatics in Developing Countries, 14(1). https://www.jhidc.org/index.php/jhidc/article/view/250

Siregar, A. O. & Yaswinda, Y. (2022). Impact of gadget use cognitive development. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 668. https://doi.org/10.2991/assehr.k.220602.035

Syifa, L., Setianingsih, E. S., & Sulianto, J. (2019). Dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan psikologi pada anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(4), 527–533. https://doi.org/10.23887/jisd.v3i4.22310

World Health Organization. (‎2019)‎. Guidelines on physical activity, sedentary behaviour and sleep for children under 5 years of age. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/311664.

Penobatan Duta Lansia Istimewa (DLI) 2023, Kolaborasi CLSD UGM dan BKKBN DIY

ArtikelArtikel Tuesday, 12 September 2023

Sebanyak 20 finalis Duta Lansia Istimewa (DLI) 2023 hadir untuk mengikuti kegiatan penobatan yang dilaksanakan pada hari Senin, 28 Agustus 2023 di Auditorium LPP Yogyakarta. DLI ini merupakan kolaborasi Center for Life-Span Development (CLSD) Fakultas Psikologi UGM dengan BKKBN DIY di bidang lansia. Pelaksanaan kolaborasi ini ditandai dengan Launching Duta Lansia Istimewa pada tanggal 28 Mei 2023 yang bertepatan juga dengan Hari Lanjut Usia Nasional Tahun 2023. Selanjutnya, proses seleksi kandidat yang terdiri dari seleksi administrasi, penilaian video, dan wawancara telah dilaksanakan pada tanggal 15 Juni – 16 Juli 2023. Kegiatan Duta Lansia Istimewa ditutup dengan kegiatan penobatan 8 dari 20 finalis Duta Lansia Istimewa pada 28 Agustus 2023.

Finalis diperoleh berdasarkan  seleksi administrasi, seleksi video, dan wawancara. Berdasarkan proses tersebut, diperoleh 20 lansia yang merepresentasikan tujuh dimensi lansia tangguh, yaitu: spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan lingkungan. Duta Lansia Istimewa diharapkan dapat menginspirasi dan menjadi teladan bagi generasi selanjutnya, serta menjadi penggerak di masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

Kegiatan Penobatan Duta Lansia Istimewa 2023 dihadiri oleh Perwakilan Kepala BKKBN RI, Gubernur DIY, Ketua Komda Lansia DIY, Perwakilan GKR Hemas, Ketua Yayasan Wredha Mulya, Direktur Ketahanan Keluarga Lansia BKKBN RI, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Kepala DP3AP2 DIY, Para Bupati dan Walikota di lingkungan DI Yogyakarta, dan Direktur Indonesia Ramah Lansia (IRL).

Sutarimah Ampuni, M.Si., MPsych., Ph.D., Psikolog selaku Kepala CLSD UGM, dalam sambutannya turut menyampaikan kegembiraan dan penghargaannya kepada seluruh finalis Duta Lansia Istimewa 2023.

“Kami sangat percaya bahwa para Duta Lansia yang telah terpilih ini dapat menjadi pelopor bagi lansia untuk tetap aktif berkegiatan, berkontribusi, dan berdaya bagi lingkungan sekitarnya. Sehingga di samping akan meningkatkan kesejahteraan lansia, Duta Lansia Istimewa ini diharapkan juga menjadi ajang bagi lansia dalam memberi teladan kebijaksanaan untuk generasi muda”, ungkap Wenty.

Kegiatan selanjutnya dalam penobatan Duta Lansia Istimewa adalah pemberian parsel dari Entrasol, sertifikat, dan seminar kit kepada para finalis sebagai bentuk apresiasi. Selanjutnya, sesi penobatan dilaksanakan dengan mengumumkan pemenang Duta Lansia Istimewa 2023. Terdapat empat daftar juara, yaitu Duta Lansia Berdedikasi Kakung dan Putri, Juara 3 Duta Lansia Kakung dan Putri, Juara 2 Duta Lansia Kakung dan Putri, dan Juara 1 Duta Lansia Kakung dan Putri. Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Perwakilan Kepala BKKBN RI, Kepala CLSD UGM, serta Ketua Komda Lansia DIY juga turut bergabung dalam prosesi penobatan Duta Lansia Istimewa dengan simbolisasi pemberian selempang dan hadiah.

Selain Duta Lansia Istimewa 2023, CLSD dan BKKBN DIY juga berkolaborasi dalam rangkaian kegiatan HLUN (Hari Lanjut Usia Nasional) di lima kabupaten/kota se-DIY, yaitu Kulonprogo, Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan adalah skrining kesehatan mental dan pelatihan kader Bina Keluarga Lansia (BKL). Skrining kesehatan mental lansia dilaksanakan untuk memberikan gambaran umum mengenai jenis dan tingkatan masalah kesehatan mental yang dialami oleh lansia. Rangkaian kegiatan lainnya adalah Pelatihan Kader BKL dengan tema 7 Dimensi Lansia Tangguh dan Menjadi Konselor yang Menyenangkan bagi Lansia.

Kegiatan Duta Lansia Istimewa ini merupakan salah satu usaha CLSD UGM sebagai salah satu pusat studi perkembangan dalam berkontribusi di ranah pengabdian masyarakat. Kegiatan Duta Lansia ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan lansia melalui peningkatan rasa keberhargaan pada lansia serta memberi wadah bagi lansia sebagai penduduk senior yang memiliki pengalaman dalam berbagai aspek kehidupan untuk berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam masyarakat sesuai kapasitasnya.

Wisuda Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) 2023: Kolaborasi CLSD UGM dan BKKBN DIY dalam Membekali Pendampingan Tumbuh Kembang Anak

BlogEvent Tuesday, 29 August 2023

Acara wisuda Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) 2023 telah sukses diselenggarakan pada tanggal 9 Agustus 2023 di Ballroom Hotel Nueve Malioboro, Jalan Mataram, Yogyakarta. Acara ini merupakan penutupan sesi rangkaian SOTH yang telah dilaksanakan sejak Februari hingga Juni 2023. Setelah melewati 13 kali pertemuan, sebanyak 29 dari 30 peserta dinyatakan lulus dan berhak untuk diwisuda.

SOTH adalah kegiatan sekolah bagi orang tua dengan anak usia dini yang dilaksanakan atas kolaborasi Center for Life-Span Development (CLSD) Fakultas Psikologi UGM dan BKKBN DIY. Kegiatan yang dilaksanakan di Kelurahan Notoprajan, Kemantren Ngampilan ini adalah yang pertama kalinya dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. SOTH memberikan materi tentang pengasuhan yang dimulai dari materi tentang perencanaan hidup berkeluarga, pemahaman tentang pengasuhan, hingga stimulasi perkembangan anak dari berbagai aspek. 

Acara Wisuda SOTH dihadiri oleh pejabat Walikota Yogyakarta, Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN RI, perwakilan BKKBN DIY, perwakilan Fakultas Psikologi UGM, Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta, dan kader Bina Keluarga Balita (BKB) Permata Hati. Rangkaian acara diawali dengan sambutan dan laporan penyelenggaraan dari Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Ibu Dra. Andi Ritamariani M.Pd. Pembukaan juga semakin meriah dengan penampilan tari dari anak-anak BKB Permata Hati.

Pembukaan prosesi wisuda secara resmi ditandai dengan pemukulan gong oleh Kepala Perwakilan BKKBN DIY selaku salah satu Dewan Prosesi. Selanjutnya, Dewan Prosesi lainnya yang terdiri dari Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN RI Ibu dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., M.A.R.S., Perwakilan Fakultas Psikologi UGM dalam hal ini Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Ibu Dr. Wenty Marina Minza, M.A.,  dan Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta Bapak Ir. Edy Muhammad turut bergabung untuk memulai prosesi wisuda. Pengalungan samir, pemberian sertifikat, dan hadiah juara oleh para Dewan Prosesi secara resmi menandai diwisudanya para peserta SOTH.

Pelaksanaan kegiatan SOTH ini merupakan salah satu usaha CLSD UGM dalam memaksimalkan peran sebagai salah satu pusat studi perkembangan yang berperan merumuskan edukasi di ranah pengabdian masyarakat. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, didapatkan data bahwa terdapat peningkatan pengetahuan mengenai pengasuhan pada peserta yang dapat dilihat dari perbandingan antara rerata nilai pre-test atau sebelum mendapatkan materi dengan rerata nilai post-test pada akhir program SOTH. Peningkatan skor tersebut adalah sebesar 39,67%. Melalui pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman orang tua dalam rangka membimbing tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak sejak dini.

Training for Trainers (ToT) Read Aloud: The Reading Buddies Program

BlogEvent Tuesday, 29 August 2023

CLSD Fakultas Psikologi UGM berkolaborasi dengan Read Aloud Indonesia menyelenggarakan Training for Trainers (ToT) Read Aloud: The Reading Buddies Program pada Senin, 21 Agustus pukul 08.00-16.00 WIB. Kegiatan tersebut dihadiri oleh para interns dan associates CLSD sebagai tahap persiapan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk The Reading Buddies.

Rangkaian kegiatan diawali dengan sambutan dari Dr. Wenty Marina Minza, M.A. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Psikologi UGM. Setelah penyambutan, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Ibu Roosie Setiawan yang merupakan Founder Reading Bugs: Komunitas Read Aloud Indonesia. 

Materi pada sesi 1 tentang membacakan buku secara nyaring dan tahapan-tahapannya. Dalam sesi ini, Bu Roosie membahas buku ‘The Read Aloud Handbook’ dan buku ‘Membacakan Nyaring’ sebagai dasar pemahaman konsep read aloud. 

Buku ‘The Read Aloud Handbook’ yang ditulis oleh Trelease menjelaskan bahwa membacakan buku dengan nyaring kepada anak dapat membangun kosakata dan mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca dengan kesenangan serta menanam kegemaran membaca. Sementara itu, buku ‘Membacakan Nyaring’ yang ditulis sendiri oleh Ibu Roosie mengulas beberapa strategi dalam menarik minat anak usia 0-24 bulan untuk mencintai kegiatan membaca. Selain itu, beliau juga menjelaskan manfaat yang bisa didapat dari membaca nyaring di bukunya. Buku tersebut juga disertai berbagai ilustrasi untuk menarik minat pembacanya.

Kemudian di sesi selanjutnya, dibahas juga kaitannya membaca dan efeknya dengan otak anak. Ibu Roosie juga menceritakan beberapa situasi ketika anak dapat membaca dengan lancar meskipun tidak pernah diajarkan cara membaca secara formal. Hal tersebut terjadi karena anak secara otodidak anak belajar cara membaca ketika orangtua/gurunya membacakan buku secara nyaring kepadanya. Ibu Roosie juga menjelaskan bagaimana memilih buku yang cocok untuk dibacakan nyaring sesuai tahap perkembangan anak. Tentunya buku yang cocok untuk dibacakan nyaring pada anak bayi 18-24 bulan akan berbeda dengan buku yang dapat dibacakan nyaring dengan anak kelas 5 SD.

Kegiatan diakhiri dengan sesi terakhir yakni ketika para interns dan associates CLSD mempraktIkkan membaca buku secara nyaring ditemani diskusi dan pemberian masukan dari Ibu Roosie Setiawan sendiri. Harapannya dari pelatihan ini, interns dan associates CLSD mendapatkan ilmu dan keterampilan baru dalam praktik membacakan nyaring yang akan menjadi bekal untuk membaca nyaring bersama anak-anak pada kegiatan CLSD selanjutnya yakni The Reading Buddies.

Research Training for Young Researchers in Junior High School

SAELA Tuesday, 4 July 2023

On Wednesday, April 12, 2023, nine students from SMP Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa participated in training as young researchers. Zata Wafy and Ukhtina Duhi Anindita I., co-researchers in the Our (photo) Voice: Children and Young People’s Joint Action Research on Student Wellbeing for All project, led the training. The project’s goal was to investigate the psychological well-being of students with disabilities and typical students in inclusive schools through the eyes of child and young researchers, so the training was designed to familiarize the students with the Photovoice method that will be used in the research.


The training was divided into two sessions, with the first at 8 a.m. for four grade 7 students and the second at 10 a.m. for five grade 8 students. According to one of the co-researchers, Zata, all of the students were eager to be trained as young researchers. Because both sessions were conducted in a relaxed and cheerful manner, all students were eager to participate actively in the training, allowing them to grasp all of the important points that were presented throughout the sessions. It is hoped that through this training, the students will be able to perform successfully as young researchers in the actual project.

Data Analysis Session for Child Researcher

SAELA Tuesday, 4 July 2023

On Tuesday, 20 June 2023, 5 child researchers visited the Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada to conduct a data analysis session. The session was led by co-researcher of Our (photo) Voice: Children and Young People’s Joint Action Research on Student Wellbeing for All project, Mlathi Anggayuh Jati and assisted by another co-researcher and three research interns. Dr. Elga Andriana was also there to attend the data analysis session.

The 5 child researchers were given a colorful worksheet, the worksheets were different from one another. Each worksheet consisted of several narrations of their previous photovoices, and they were asked to give comments on what the narration is saying, and their feelings towards the narration. Overall, the researchers were able to finish all of the worksheets, for students with difficulty in reading, the narrations were read by the research assistants. After the worksheet, the researchers were given quizzes, the co-researcher were saying one word and the child researchers were asked to answer with anything that they think associated with the word given. 

After the data analysis session, we did a campus tour around Gadjah Mada University and had lunch together at the university’s Wisdom Park. Overall, the sessions were a lot of fun and the child researcher said that they were very happy. 

Research Training for Child Researchers in Primary School

SAELA Tuesday, 4 July 2023

On Tuesday and Wednesday, 4 and 5 April 2023, co-researchers from Our (photo) Voice: Children and Young People’s Joint Action Research on Student Wellbeing for All project, Mlathi Anggayuh Jati and Nawang Chrismangesti, conducted research training sessions for child researcher at Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa (elementary school). The purpose of this training session is to prepare the child researchers prior to joining the actual photovoice research project. 

During the training sessions, our co-researchers introduce 3 core materials to our child researchers: introduction to general research, the photovoice method, and discussion regarding psychological well-being. In total, there are 5 students from grade 4 and 5 who attended the sessions. Even though the materials were relatively new to students their age, they were very enthusiastic throughout the sessions and attracted the younger students who didn’t participate in the program to also participate in practicing the photovoice method. Overall, the training for our child researchers received positive feedback from the child researchers themselves and the school as a whole.

123456…10

Recent Posts

  • Eco-Conscious Parenting: Menumbuhkan Praktik Berkelanjutan pada Perkembangan Anak
  • Memahami Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Kedai Kopi
  • Membangun Kembali Kegembiraan: Pentingnya Bermain Bagi Kesejahteraan Mental Bagi Masyarakat
  • Keterlibatan Ayah pada Pengasuhan Anak Usia Dini
  • Kader Hebat, Anak Bahagia: Pelatihan Stimulasi Sosioemosional pada Anak Usia Dini untuk Kader Bina Keluarga Balita di Gunungkidul
Universitas Gadjah Mada

Center for Life-Span Development (CLSD)
D-602, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Jalan Sosio Humaniora Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281
clsd.psikologi@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju