Pada hari Rabu, 31 Januari 2024 pukul 15.00-17.00 WIB, Center for Life-Span Development (CLSD) menyelenggarakan webinar bertajuk “Children’s Voices: Well-Being for All, Building Student Well-Being through Child-led Initiatives”. Webinar ini terbuka untuk umum dan ditujukan kepada audiens yang beragam seperti siswa sekolah dasar dan menengah, guru, akademisi, praktisi, dan orang tua. Webinar dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh kurang lebih 320 peserta yang berasal dari Indonesia, Thailand, dan Filipina. Adapun tujuan webinar ini adalah memberikan kesempatan bagi peneliti muda untuk berbagi inisiatif dan hasil penelitian mereka dalam rangka meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya mendengarkan suara anak-anak untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Acara diawali dengan pembukaan, dipandu oleh MC yang merupakan siswa SD Taman Muda IP Tamansiswa – Yogyakarta, yaitu Tiffany dan Caroline. Mereka menyambut para peserta dan membuka acara dengan penuh semangat. Acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Deputy Director (Programme Development) SEAMEO, John Arnold Siena. Beliau menyampaikan pesan dan harapannya terkait acara ini, yang mana menyoroti pentingnya penelitian dan proyek-proyek inovatif dalam dunia pendidikan. Dr. Elga Andriana selaku peneliti yang memperoleh SEAMEO-Australia Education Link Award (SAELA) 2022 dengan judul penelitian “Our (photo)Voice: Children and Young People’s Joint Action Research on Student Well-Being for All” kemudian menambahkan penjelasan mendalam mengenai penelitian yang akan dibahas dalam acara ini.
Webinar dilanjutkan dengan penyampaian materi atau presentasi yang terbagi ke dalam tiga sesi. Presenter pertama, Ayun Septa Wibawa, siswa SMP Taman Dewasa IP Tamansiswa – Yogyakarta, membagikan pengalaman penelitiannya yang berjudul “Small Voices, Big Impact.” Ayun berbicara tentang pengalaman menjadi peneliti muda dan hasil penelitiannya, termasuk solusi yang diusulkan dan tindakan yang diambil bersama guru dan orang tua. Selanjutnya, tiga anak dari Anak Rimba WARSI – Jambi yang bernama Melandai, Nanju, dan Becenteng, menyajikan paparan penelitian mereka yang berjudul “From Trash to Treasure“. Penelitian tersebut berfokus pada perubahan dari sampah menjadi barang berharga. Mereka berbagi pengalamannya sebagai peneliti muda dan perubahan yang telah mereka lakukan di komunitas mereka. Presenter terakhir, yaitu Dilbert Thimoty Tansania, siswa SMP Santa Maria Assumpta – Kupang, menyajikan pemikirannya dalam sesi yang berjudul “Bridging Perspectives of Friends and Parents for Student Well-being in an Inclusive“. Dilbert memaparkan proyeknya yang bertujuan untuk memahami dan merangkul siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Ia berbicara tentang temuan dan perubahan yang dihasilkan dari proyek photovoice mereka. Pada akhir setiap sesi presentasi dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh para penanggap yaitu Dr. Elga Andriana, Dr. Indra Yohanes Kiling, dan Yohana Berliana Marpaung. Diskusi ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, berbagi ide, dan berkolaborasi.
Acara mencapai puncaknya pada sesi tanya jawab dengan para peserta. Pertanyaan dari peserta dijawab oleh para presenter dan penanggap dengan memperdalam pemahaman mengenai topik-topik yang telah dibahas. Pada akhir acara, Policy and Planning Specialist SEAMEO, Emiljohn Columna Sentillas, memberikan penutup yang merangkum inti dari acara tersebut. Beliau menyampaikan apresiasi kepada para pembicara, peserta, dan seluruh panitia yang telah berkontribusi dalam menyukseskan acara ini. Selain itu, beliau juga memberikan arahan untuk melanjutkan semangat kolaborasi dan inovasi dalam dunia pendidikan. Semua sesi disampaikan dalam bahasa Indonesia, dengan terjemahan bahasa Inggris yang juga disediakan oleh pihak penyelenggara.Penelitian “Our (photo)Voice: Children and Young People’s Joint Action Research on Student Wellbeing for All” memberikan kesempatan bagi anak-anak, termasuk anak-anak disabilitas dan anak-anak dari komunitas lokal, untuk berperan sebagai peneliti muda dalam memahami kesejahteraan mereka di lingkungan masing-masing. Melalui metode photovoice, peneliti muda dapat mengidentifikasi permasalahan kesejahteraan mereka serta memberikan saran rencana tindakan yang dapat diimplementasikan secara kolaboratif antara anak, guru, dan orang tua.