Liputan Kegiatan Summer Course Module 3: Disability Across Lifespan Development
Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi bersama ahli studi Indonesia dan internasional menyelenggarakan summer course bertema International Online Summer Course on Disability and Lifespan Development: Indonesia and Global Perspectives. Summer course yang merupakan buah kerja sama antara CLSD, Fakultas Psikologi, dan OIA (Office of International Affairs) UGM ini turut mengundang 16 pembicara internasional yang berasal dari Malaysia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Belanda, dan Amerika Serikat, serta diikuti oleh kurang lebih 45 mahasiswa dan profesional tingkat internasional yang berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Afrika Barat, Australia, Pakistan, Nepal, Tanzania, Filipina, Ghana, Bangladesh, Malaysia, Iran, Romania, Nigeria, Afrika Selatan, serta Amerika Serikat.
Kuliah kesembilan berjudul Children with Disabilities and Life-Span Development Issues yang juga merupakan sesi pertama dari modul ketiga diselenggarakan pada Selasa, 31 Agustus 2021. Dimoderatori oleh Hanifah Nurul Fatimah, S.Psi., M.Sc., kuliah ini disampaikan oleh Prof. Irwanto dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya yang membahas disabilitas pada anak-anak serta permasalahan rentang perkembangan hidup yang ada. Prof. Irwanto menjelaskan pengasuhan anak berkebutuhan khusus dari perspektif perkembangan rentang kehidupan. Beliau membagi pembahasan topik ini ke dalam dua aspek, yang pertama adalah penguraian isu-isu tentang pemahaman disabilitas dalam konteks budaya. Pada bagian ini, Prof. Irwanto menjelaskan apa itu disabilitas, siapa yang mendefinisikan disabilitas dan konsekuensinya, seperti apa kearifan lokal berperan, serta model dan dampak apa saja yang dimiliki disabilitas terhadap kebijakan publik.
Pada aspek kedua, Prof. Irwanto berbicara tentang disabilitas dari perspektif perkembangan manusia. Kerangka kerja yang beliau gunakan pada aspek ini adalah rentang perkembangan hidup (life-span development), perkembangan siklus hidup (life-cycle development), model Continuum of care, serta ekologi pembangunan manusia dan isu-isu strategis. Terakhir, Prof. Irwanto turut menyampaikan penjelasan tentang pola asuh bagi anak berkebutuhan khusus, yang di antaranya berhubungan dengan persoalan pola asuh sebagai kebijakan publik, membantu orang tua, dan peran program perlindungan sosial.
Selanjutnya, Lecture #10 yang dimoderatori oleh Ammik Kisriyani, S.Psi., MA pada hari Jumat, 3 September 2021 pukul 16:00 – 18.00 WIB disampaikan oleh dosen Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D yang membahas mengenai Learning disability and neuropsychology. Pada kuliahnya, beliau menjelaskan mengenai dua jenis learning disability atau kesulitan belajar yang paling populer, yaitu disleksia dan diskalkulia yang disebabkan oleh persoalan neurologis. Berbeda dengan disleksia yang telah banyak diteliti sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, diskalkulia nyatanya masih memerlukan banyak penelitian yang lebih mendalam. Menurut pemaparan Dr. Wimbarti, keduanya merupakan disabilitas yang menjadi perhatian bagi para profesional seperti psikolog, neuropsikolog, neuropediatri, psikiater, guru, dan tentunya orang tua dari anak yang mengalami disleksia dan disalkulia. Sebagai salah satu gangguan perkembangan saraf, banyak penelitian tentang kesulitan belajar ini yang melibatkan pencitraan saraf (neuroimaging) serta penerapan intervensi psikologis dan neuropsikologis pada anak, remaja, atau dewasa. Pada kuliah ini, Dr. Wimbarti secara keseluruhan membahas tentang pengertian learning disability terutama disleksia dan diskalkulia, gejala awal, etiologi, hubungan neural antara kedua gangguan tersebut, bagaimana bentuk intervensinya, serta bagaimana disabilitas belajar ditangani secara spesifik di Indonesia.
Summer course pun berlanjut ke sesi ke-sebelas dengan tema Required flexibility for student voice research in inclusive education: Meeting the language (needs) of the participant yang dibawakan oleh Dr Renske Ria de Leeuw dari Saxion University of Applied Sciences, The Netherlands pada hari Selasa, 7 September 2021, 05:00 – 07.00 PM Jakarta (GMT +7). Pada sesi yang dimoderatori oleh Dr. Wuri Handayani ini, Dr. de Leeuw menjelaskan mengenai fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan bahasa dan komunikasi anak-anak serta siswa penyandang disabilitas. Beliau menekankan bahwa setiap siswa memiliki perbedaan, terutama pada setting pendidikan inklusif. Ketika mendengar suara siswa (student voice) dalam pendidikan inklusif, penting bagi kita untuk menjadi peka dalam aspek budaya, perkembangan, serta kontekstual. Secara umum, Dr. de Leeuw menyampaikan tentang keragaman perkembangan bahasa pada anak dan anak penyandang disabilitas, hak-hak anak dan suara siswa, bagaimana cara memenuhi kemampuan bahasa dan komunikasi anak/siswa, apa itu metodologi Q, serta apa metode penelitian yang fleksibel untuk mencari tahu lebih lanjut hal-hal yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, peserta pada kuliah ini diperkenalkan dengan metodologi Q dan berbagai aplikasi dari metode tersebut, yang secara bersamaan menunjukkan seperti apa fleksibilitas metode penelitian dalam rangka memenuhi kebutuhan bahasa dan komunikasi dari peserta yang beragam.
Sesi ke-dua belas yang berjudul Self determination and agency in children and youth voices, dilaksanakan pada Jumat, 17 September 2021 pukul 16.00 – 18.00 WIB dan menandakan berakhirnya modul ketiga. Dimoderatori oleh Dr. Wuri Handayani,kuliah ini dibawakan oleh dosen Fakultas Psikologi UGM, Elga Andriana, Ph.D, yang juga merupakan seorang peneliti di bidang pendidikan inklusi, penelitian yang melibatkan anak-anak, serta Universal Design Learning. Pada kuliah ini, beliau ditemani oleh tiga rekan penelitinya, yaitu Raditya Setadewa (Sekolah Tumbuh), Keanu Arya (SMKN 5 Yogyakarta), dan Ezra Prabu (Institut Seni Indonesia). Bersama-sama, keempat narasumber membahas dan berbagi tentang bagaimana dukungan dapat diberikan agar anak-anak merasa percaya diri sebagai rekan peneliti (kompetensi); merasa mandiri dalam menentukan pilihan selama tahap penelitian (otonomi); dan merasa terhubung dengan orang lain di sekolah dan masyarakat luas selama proyek (keterkaitan). Selain membagikan pengamatannya tentang self-determination pada anak-anak dan remaja dalam aktivisme mereka, Dr. Andriana juga mempresentasikan teori dan praktik tentang self-determination dan penelitian dengan anak-anak. .
(SRP/SNH CLSD)