• Home
  • About Us
    • Managing Team
    • Researchers
    • Interns
    • Associates
  • Articles
  • Courses
  • Activities
    • CLSD Reader’s Club
    • Summer Course
    • Photovoice
    • SAELA
    • Community Service
  • Research & Publication
Universitas Gadjah Mada Center for Life-Span Development (CLSD)
Faculty of Psychology
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • About Us
    • Managing Team
    • Researchers
    • Interns
    • Associates
  • Articles
  • Courses
  • Activities
    • CLSD Reader’s Club
    • Summer Course
    • Photovoice
    • SAELA
    • Community Service
  • Research & Publication
  • Beranda
  • Artikel Liputan Kegiatan
  • page. 5
Arsip:

Artikel Liputan Kegiatan

Module 4: Collaborative Disability and Lifespan Development Research in Multicultural Setting

Artikel Liputan KegiatanBlogEventSummer Course Tuesday, 9 November 2021

Liputan Kegiatan Summer Course Module 4: Collaborative Disability and Lifespan Development Research in Multicultural Setting

Berkolaborasi dengan ahli studi disabilitas Indonesia dan internasional, summer course bertema International Online Summer Course on Disability and Lifespan Development: Indonesia and Global Perspectives bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran kritis dalam menganalisis dan memahami hambatan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas, serta mendorong pertukaran ilmu pengetahuan, diskusi, sekaligus membangun koneksi antara ilmuwan muda dan ahli-ahli berpengalaman di ranah penelitian disabilitas yang diharapkan mampu menginspirasi penelitian baru dan implementasinya di dunia nyata. Kursus musim panas ini merupakan summer course pertama yang diselenggarakan oleh Center for Life-Span Development (CLSD), Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada. 

Lecture #13 yang merupakan sesi pertama pada modul keempat bertajuk Disability and Family diselenggarakan pada hari Kamis, 16 September 2021 pukul 17.00 – 19. 00 WIB dan disampaikan oleh Prof. Gwynnyth Llewellyn dari The University of Sydney. Prof. Llewellyn menjelaskan mengenai peran keluarga dan disabilitas, di mana keluarga berada di pusat tatanan sosial komunitas dan masyarakat secara lebih luas. Menurut beliau, keluarga memberikan makna pribadi, rasa identitas dan hubungan dalam keluarga serta keterhubungan di luar keluarga dengan masyarakat luas. Banyak faktor–entah itu pribadi, sosial, ekonomi, budaya–mempengaruhi bagaimana pengalaman suatu keluarga yang memiliki anggota keluarga yang merupakan penyandang disabilitas. Dalam kuliah ini, Prof. Llewellyn berbicara tentang konsep keluarga dalam struktur masyarakat dan budaya yang berbeda di berbagai tingkatan; wawasan dari penelitian perkembangan dalam setting multikultural tentang kehidupan keluarga dengan anak dan remaja penyandang disabilitas: serta wawasan dari kolaborasi penelitian internasional mengenai kepala keluarga sebagai orang tua penyandang disabilitas. Selain itu, sebagai ahli terkemuka dalam topik ini, Prof. Llewellyn menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan penelitian dengan landasan teoritis dan empiris yang kuat, dan memberikan contoh bagaimana penelitian ini dapat diterapkan dalam kebijakan dan praktik.

Lecture #14 yang bertajuk Disability-inclusive Disaster Risk and Children with Disabilities dilaksanakan pada hari Kamis, 21 September 2021 pada pukul 17.00 – 19.00 WIB dengan penyampaian materi oleh Prof. Laura Stough dari Texas A&M  University (United States of America). Prof. Stough menjelaskan bahwa banyak penelitian kolektif yang menetapkan bahwa bencana mempengaruhi penyandang disabilitas baik secara negatif maupun merugikan penyandang disabilitas dengan banyak cara. Penelitian yang relevan melintasi berbagai fokus disiplin ilmu seperti psikologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, kesehatan mental, studi disabilitas, dan studi bencana. Namun, melakukan penelitian di persimpangan disabilitas dan bencana mengungkap sejumlah tantangan dan hambatan, serta mencerminkan asumsi epistemologis yang berbeda dan pengetahuan yang beragam tentang disabilitas. Organisasi yang berafiliasi dengan disabilitas berperan penting dalam mendukung dan bekerja sama dengan individu dan lembaga menuju pengurangan risiko bencana. Elemen penting dalam mereformasi praktik manajemen darurat adalah memastikan penyandang disabilitas dapat menjadi peserta aktif dalam kesiapsiagaan mereka sendiri, pengurangan risiko bencana, tanggap bencana, serta pemulihan bencana. Dalam kuliah ini, Prof. Stough mengajak partisipan untuk mengeksplorasi penelitian dan praktik di persimpangan disabilitas dan bencana, termasuk konsepsi (dis)ability dan (dis)aster.

Pada minggu berikutnya, Lecture #15 berjudul Universal Design for Learning in School Setting disampaikan oleh Prof. David Evans dari The University of Sydney, Australia pada Rabu, 29 September 2021 pukul 16:00 – 18:00 WIB. Prof. Evans menjelaskan tentang bagaimana komunitas global bekerja untuk memastikan semua anak dan remaja memiliki akses, dapat berpartisipasi, dan belajar dari pendidikan inklusif yang berkualitas. Seperti apakah pendidikan inklusif yang berkualitas? Berdasarkan penjelasan Prof. Evans, pendidikan inklusif yang berkualitas adalah pendidikan yang mendukung masing-masing dari 17 Sustainable Development Goals dan merupakan dasar untuk mempromosikan kesetaraan dan kohesi sosial di semua lapisan masyarakat. Namun, mencapai pendidikan inklusif yang berkualitas di berbagai negara ternyata menimbulkan tantangan besar, dan penyandang disabilitas terus mendapatkan diskriminasi atau tindakan pengucilan pada tingkat yang berbeda-beda. 

Dalam kuliah ini, Prof. Evans membahas desain universal untuk kerangka pembelajaran– sebuah kerangka kerja yang berusaha menghilangkan hambatan dalam konteks pendidikan, dan dengan demikian dapat memberikan dasar bagi pendidikan inklusif yang berkualitas. Kuliah disampaikan menggunakan konteks pendidikan di Australia sebagai dasar untuk menguraikan jalan ke depan untuk mempromosikan akses dan partisipasi yang lebih besar bagi semua pelajar. Hal ini akan menimbulkan dilema berkelanjutan yang dihadapi dalam konteks ini, dan menarik kesejajaran dengan konteks regional lainnya. Pada kuliahnya, Prof. Evans memberikan ide dan saran untuk mengatasi tantangan, hambatan dan dilema melalui mempromosikan kekuatan desain universal untuk kerangka pembelajaran. Dalam mempelajari kerangka desain universal ini, bukan berarti akan ada perbaikan ajaib instan yang dijanjikan; para delegasi, bagaimanapun, ditantang untuk mengatasi keyakinan, sikap dan disposisi mereka terhadap pendidikan inklusif yang berkualitas.

Selanjutnya, Lecture #16 yang berjudul The Lesson Learned from Social Participation of Students with Learning Disabilities in Malaysia  disampaikan oleh Dr. Hasrul Hosshan dari Sultan Idris Education University, Malaysia pada Selasa, 28 September 2021, puku; 17:00 – 19:00 WIB. Pada kuliahnya, Dr. Hosshan menjelaskan bahwa partisipasi sosial merupakan salah satu indikator kunci dari hasil sekolah inklusif. Penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan learning disability/LD di kelas cenderung mengalami partisipasi sosial yang lebih sedikit daripada teman sebayanya yang tidak memiliki LD. Pemahaman tentang pentingnya partisipasi sosial dalam mendukung  siswa dengan LD diharapkan dapat meningkatkan rasa memiliki siswa terhadap sekolah, berkembangnya tingkat penerimaan, serta mengurangi ketakutan akan kegagalan dan meningkatkan kesuksesan mereka. Pada kuliah ini, Dr. Hosshan juga mendemonstrasikan tahapan evaluasi pendidikan inklusif dari model Input-Processes-Outcomes (IPO). Partisipan diajak untuk mencari tahu lebih dalam tentang apa itu model IPO serta  bagaimana cara menggunakannya secara efektif pada siswa dengan berbagai tingkat kemampuan dan siswa yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Dr. Hosshan juga mendemonstrasikan tentang bagaimana mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi mengenai tingkat dukungan yang dibutuhkan ketika mendukung siswa dengan LD. Partisipan juga diberikan contoh yang menjelaskan berbagai jenis partisipasi sosial dan bagaimana siswa harus didukung pada setiap tahap model IPO dari perspektif-perspektif kerangka sosio-ekologis.

Lecture #17 sekaligus kuliah terakhir pada modul keempat ini berjudul Intersecting Discourses of Difference, Curriculum, Pedagogy and Assessment: The Implications for Disabled People, Their Families and Their Teachers dan disampaikan oleh Prof. Missy Morton dari The University of Auckland, New Zealand pada Kamis, 30 September 2021 pukul 13:00 – 15:00 WIB. Pada sesi ini, Prof. Morton membantu partisipan menerapkan kerangka teoritis dari psikologi kritis yaitu konstruksi sosial diskursus dan wacana. Pada kuliahnya, Prof. Morton menggunakan ide-ide dari konstruksionisme sosial untuk melihat bagaimana wacana (gagasan, keyakinan, nilai, dan praktik yang saling terkait) dikonstruksi dari aspek sosial. Beliau berfokus pada penjelasan diskursus perbedaan, kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang dibangun secara sosial. Pada kuliah ini, partisipan diajak untuk melihat bagaimana perbedaan makna yang dibangun secara sosial dapat membuka beberapa kemungkinan untuk mencapai inklusivitas yang diharapkan. Proses, makna, dan efek ini diilustrasikan melalui proyek sepuluh tahun di sekolah dasar dan menengah Selandia Baru yang telah dikembangkan dengan asesmen naratif.

(SRP CLSD)

Module 3: Disability Across Lifespan Development

Artikel Liputan KegiatanBlogEventSummer Course Sunday, 17 October 2021

Liputan Kegiatan Summer Course Module 3: Disability Across Lifespan Development

Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi bersama ahli studi Indonesia dan internasional menyelenggarakan summer course bertema International Online Summer Course on Disability and Lifespan Development: Indonesia and Global Perspectives. Summer course yang merupakan buah kerja sama antara CLSD, Fakultas Psikologi, dan OIA (Office of International Affairs) UGM ini turut mengundang 16 pembicara internasional yang berasal dari Malaysia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Belanda, dan Amerika Serikat, serta diikuti oleh kurang lebih 45 mahasiswa dan profesional tingkat internasional yang berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Afrika Barat, Australia, Pakistan, Nepal, Tanzania, Filipina, Ghana, Bangladesh, Malaysia, Iran, Romania, Nigeria, Afrika Selatan, serta Amerika Serikat.

Kuliah kesembilan berjudul Children with Disabilities and Life-Span Development Issues yang juga merupakan sesi pertama dari modul ketiga diselenggarakan pada Selasa, 31 Agustus 2021. Dimoderatori oleh  Hanifah Nurul Fatimah, S.Psi., M.Sc., kuliah ini disampaikan oleh Prof. Irwanto dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya yang membahas disabilitas pada anak-anak serta permasalahan rentang perkembangan hidup yang ada. Prof. Irwanto menjelaskan pengasuhan anak berkebutuhan khusus dari perspektif perkembangan rentang kehidupan. Beliau membagi pembahasan topik ini ke dalam dua aspek, yang pertama adalah penguraian isu-isu tentang pemahaman disabilitas dalam konteks budaya. Pada bagian ini, Prof. Irwanto menjelaskan apa itu disabilitas, siapa yang mendefinisikan disabilitas dan konsekuensinya, seperti apa kearifan lokal berperan, serta model dan dampak apa saja yang dimiliki disabilitas terhadap kebijakan publik. 

Pada aspek kedua, Prof. Irwanto berbicara tentang disabilitas dari perspektif perkembangan manusia. Kerangka kerja yang beliau gunakan pada aspek  ini adalah rentang perkembangan hidup (life-span development), perkembangan siklus hidup (life-cycle development), model Continuum of care, serta ekologi pembangunan manusia dan isu-isu strategis. Terakhir, Prof. Irwanto turut menyampaikan penjelasan tentang pola asuh bagi anak berkebutuhan khusus, yang di antaranya berhubungan dengan persoalan pola asuh sebagai kebijakan publik, membantu orang tua, dan peran program perlindungan sosial.

Selanjutnya, Lecture #10 yang dimoderatori oleh Ammik Kisriyani, S.Psi., MA pada hari Jumat, 3 September 2021 pukul 16:00 – 18.00 WIB disampaikan oleh dosen Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D yang membahas mengenai Learning disability and neuropsychology. Pada kuliahnya, beliau menjelaskan mengenai dua jenis learning disability atau kesulitan belajar yang paling populer, yaitu disleksia dan diskalkulia yang disebabkan oleh persoalan neurologis. Berbeda dengan disleksia yang telah banyak diteliti sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, diskalkulia nyatanya masih memerlukan banyak penelitian yang lebih mendalam. Menurut pemaparan Dr. Wimbarti, keduanya merupakan disabilitas yang menjadi perhatian bagi para profesional seperti psikolog, neuropsikolog, neuropediatri, psikiater, guru, dan tentunya orang tua dari anak yang mengalami disleksia dan disalkulia.  Sebagai salah satu gangguan perkembangan saraf, banyak penelitian tentang kesulitan belajar ini yang melibatkan pencitraan saraf (neuroimaging) serta penerapan intervensi psikologis dan neuropsikologis pada anak, remaja, atau dewasa. Pada kuliah ini, Dr. Wimbarti secara keseluruhan membahas tentang pengertian learning disability terutama disleksia dan diskalkulia, gejala awal, etiologi, hubungan neural antara kedua gangguan tersebut, bagaimana bentuk intervensinya, serta bagaimana disabilitas belajar ditangani secara spesifik di Indonesia.

Summer course pun berlanjut ke sesi ke-sebelas dengan tema Required flexibility for student voice research in inclusive education: Meeting the language (needs) of the participant yang dibawakan oleh Dr Renske Ria de Leeuw dari Saxion University of Applied Sciences, The Netherlands pada hari Selasa, 7 September 2021, 05:00 – 07.00 PM Jakarta (GMT +7). Pada sesi yang dimoderatori oleh Dr. Wuri Handayani ini, Dr. de Leeuw menjelaskan mengenai fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan bahasa dan komunikasi anak-anak serta siswa penyandang disabilitas. Beliau  menekankan bahwa setiap siswa memiliki perbedaan, terutama pada setting pendidikan inklusif. Ketika mendengar suara siswa (student voice) dalam pendidikan inklusif, penting bagi kita untuk menjadi peka  dalam aspek budaya, perkembangan, serta kontekstual. Secara umum, Dr. de Leeuw menyampaikan tentang keragaman perkembangan bahasa pada anak dan anak penyandang disabilitas, hak-hak anak dan suara siswa, bagaimana cara memenuhi kemampuan bahasa dan komunikasi anak/siswa, apa itu metodologi Q, serta apa metode penelitian yang fleksibel untuk mencari tahu lebih lanjut hal-hal yang dibutuhkan siswa. Oleh karena itu, peserta pada kuliah ini diperkenalkan dengan metodologi Q dan berbagai aplikasi dari metode tersebut, yang secara bersamaan menunjukkan seperti apa fleksibilitas metode penelitian dalam rangka memenuhi kebutuhan bahasa dan komunikasi dari peserta yang beragam.

Sesi ke-dua belas yang berjudul Self determination and agency in children and youth voices, dilaksanakan pada Jumat, 17 September 2021 pukul 16.00 – 18.00 WIB dan menandakan berakhirnya modul ketiga. Dimoderatori oleh Dr. Wuri Handayani,kuliah ini dibawakan oleh dosen Fakultas Psikologi UGM, Elga Andriana, Ph.D, yang juga merupakan seorang peneliti di bidang pendidikan inklusi, penelitian yang melibatkan  anak-anak, serta Universal Design Learning. Pada kuliah ini, beliau  ditemani oleh tiga rekan penelitinya, yaitu Raditya Setadewa (Sekolah Tumbuh), Keanu Arya (SMKN 5 Yogyakarta), dan Ezra Prabu (Institut Seni Indonesia). Bersama-sama, keempat narasumber membahas dan berbagi tentang bagaimana dukungan dapat diberikan agar anak-anak merasa percaya diri sebagai rekan peneliti (kompetensi); merasa mandiri dalam menentukan pilihan selama tahap penelitian (otonomi); dan merasa terhubung dengan orang lain di sekolah dan masyarakat luas selama proyek (keterkaitan). Selain membagikan pengamatannya tentang self-determination pada  anak-anak dan remaja dalam aktivisme mereka, Dr. Andriana juga mempresentasikan teori dan praktik tentang self-determination dan penelitian dengan anak-anak. .  

(SRP/SNH CLSD)

Module 2: People with Disability at the Intersection

ArtikelArtikel Liputan KegiatanBlogEventSummer Course Wednesday, 8 September 2021

Liputan Kegiatan Summer Course Module 2: People with Disability at the Intersection

Berkolaborasi dengan ahli studi disabilitas Indonesia dan internasional, summer course bertema International Online Summer Course on Disability and Lifespan Development: Indonesia and Global Perspectives bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran kritis dalam menganalisis dan memahami hambatan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas, serta mendorong pertukaran ilmu pengetahuan, diskusi, sekaligus membangun koneksi antara ilmuwan muda dan ahli-ahli berpengalaman di ranah penelitian disabilitas yang diharapkan mampu menginspirasi penelitian baru dan implementasinya di dunia nyata. Kursus musim panas ini merupakan summer course pertama yang diselenggarakan oleh Center for Life-Span Development (CLSD), Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada. 

Summer course yang merupakan buah kerja sama antara CLSD, Fakultas Psikologi, dan OIA (Office of International Affairs) UGM ini turut mengundang 16 pembicara internasional yang berasal dari Malaysia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Belanda, dan Amerika Serikat. Selain itu, kegiatan summer course juga diikuti oleh kurang lebih 45 mahasiswa dan profesional tingkat internasional yang berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Afrika Barat, Australia, Pakistan, Nepal, Tanzania, Filipina, Ghana, Bangladesh, Malaysia, Iran, Romania, Nigeria, Afrika Selatan, serta Amerika Serikat.

Lecture #5 yang merupakan sesi pertama pada modul kedua Summer Course bertajuk Women with Disabilities in Muslim Societies, diselenggarakan pada hari Selasa, 17 Agustus 2021 pada pukul 17.00 – 19.00 WIB. Dimoderatori oleh Dr. Wuri Handayani, kuliah ini disampaikan oleh dua narasumber yaitu  Dr. Dina Afrianty (La Trobe University, Australia) dan Dr. Arina Hayati (Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia). Kuliah pertama-tama dibuka oleh Dr. Arina Hayati yang menceritakan latar belakang kehidupan serta perjalanan akademiknya sebagai penyandang polio, yang kemudian dilanjutkan oleh Dr. Dina Afrianty yang memaparkan topik utama perkuliahan seputar penelitian disabilitas, interseksionalitas, disabilitas dan Islam, serta perempuan dengan disabilitas dalam masyarakat Muslim. Berdasarkan penjelasan Dr. Afrianty, disabilitas dan agama merupakan salah satu bidang penelitian yang sedang berkembang. Mempelajari ajaran agama tentang disabilitas membantu kita memahami perlakuan dan persepsi masyarakat tentang disabilitas, bagaimana disabilitas digambarkan dalam tradisi dan yurisprudensi suatu agama (di mana dalam kuliah ini adalah Islam), serta memahami terminologi disabilitas dalam sumber-sumber kitab suci dan tradisi dalam Islam. 

Adapun Lecture #6 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Agustus 2021 pada pukul 17.00 – 19.– WIB dengan penyampaian materi oleh Herbert Klein (European Society for Mental Health and Deafness, UK) dan Laura Lesmana Wijaya Ketua Pusbisindo (Sign Language Center Indonesia) menjelaskan tentang kesehatan mental kelompok tuli di Indonesia. Merupakan seorang penasihat independen terkemuka dengan jam terbang dan pengalaman luas di bidang mental health services mulai dari fasilitator komunikasi, deaf advisor, dosen tamu, trainer, konselor, hingga deaf therapist, Herbert Klein yang berasal dari Inggris pada kuliah ini menyajikan perbandingan pelayanan kesehatan mental untuk orang-orang tuli di sana dengan yang ada di Indonesia sekaligus memberi gambaran mengenai bagaimana langkah-langkah yang bisa ditempuh selanjutnya. Adapun Laura Lesmana Wijaya yang mengetuai Pusbisindo Indonesia juga aktif sebagai seorang penggiat kampanye hak-hak orang tuli dan menempuh pendidikan di Universitas Hongkong di bidang Linguistik Bahasa Isyarat. Bersama-sama, Laura dan Herbert bekerja sama dengan pemerintah Indonesia pada tahun 2015 membuat perencanaan dalam jangka waktu lima tahun berupa suatu organisasi yang berfokus memperjuangkan hak tuli (seperti akses bahasa Indonesia melalui teks, akses bahasa isyarat, akses kesetaraan dalam pekerjaan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan sebagainya) bernama Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Indonesian Association for the Welfare of the Deaf). Kuliah ini pun turut dihadiri oleh Surya Sahetapy, yaitu juru bahasa isyarat, aktor, dan aktivis Tuli terkenal di Indonesia.

Summer course pun berlanjut ke sesi ketujuh dengan tema People with Disabilities and Socioeconomic yang dibawakan oleh Dr. Wuri Handayani (Universitas Gadjah Mada, Indonesia) pada hari Selasa, 24 Agustus 2021 pada pukul 17.00 – 19.00 WIB. Seorang dosen dan peneliti di bidang Ekonomi yang juga seorang penyandang disabilitas, Dr. Wuri Handayani menjelaskan mengenai konsep status sosioekonomi secara umum dan dari sudut pandang pandemi serta membahas lingkaran setan yang ada antara disabilitas dan kemiskinan baik dari perspektif internasional maupun Indonesia. Dr. Handayani juga menjelaskan tentang implikasi-implikasi yang diakibatkan oleh ketidakakuratan data pada penyandang disabilitas, regulasi dan permasalahan yang dihadapi dalam membangun edukasi inklusif, partisipasi penyandang disabilitas sebagai tenaga kerja serta perbedaan upah, dan cara memutus vicious cycle disabilitas dan kemiskinan di Indonesia.

Sesi kedelapan yang sekaligus menandakan berakhirnya modul kedua dilaksanakan pada Kamis, 26 Agustus 2021 pukul 16.00 – 18.00 WIB dan dibawakan oleh Dr. Sutarsa Nyoman (Australian National University, Australia). Dr. Sutarsa Nyoman memaparkan kuliah dengan tema Biomedical Power in Shaping Body with Illness and Disability sebelum membagi partisipan ke dalam breakout room untuk mendiskusikan sebuah studi kasus terkait materi yang disampaikan. Pada kuliahnya, Dr. Sutarsa Nyoman mengajak peserta untuk mengidentifikasi kelebihan dan keterbatasan dari model biomedis dan sosial pada diskursus disabilitas. Beliau juga menjelaskan bagaimana cara mengaplikasikan kedua model tersebut dalam memandang masalah serta merencanakan solusi untuk orang-orang yang hidup dengan different abilities, sebelum mendorong peserta untuk berdiskusi mengenai pentingnya interseksionalitas dalam diskursus disabilitas.

(SRP & SNH/CLSD)

Module 1: Disability and Intersectionality

ArtikelArtikel Liputan KegiatanBlogEventSummer Course Saturday, 21 August 2021

Liputan Kegiatan Summer Course Module 1: Disability and Intersectionality

Pada pertengahan tahun 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) untuk pertama kalinya menyelenggarakan kegiatan kursus musim panas atau summer course bertajuk International Online Summer Course on Disability and Lifespan Development: Indonesia and Global Perspectives. Berkolaborasi dengan ahli studi disabilitas Indonesia dan dunia, summer course ini berperan sebagai media untuk memfasilitasi pembelajaran kritis dalam menganalisis dan memahami hambatan-hambatan yang saling berkaitan satu sama lain yang dihadapi oleh penyandang disabilitas, serta mendorong pertukaran ilmu pengetahuan, diskusi, sekaligus membangun koneksi antara ilmuwan muda dan ahli-ahli berpengalaman di ranah penelitian disabilitas yang diharapkan dapat menginspirasi penelitian-penelitian baru dan implementasinya di dunia nyata. 

Kegiatan yang merupakan buah kerja sama antara CLSD, Fakultas Psikologi, dan OIA (Office of International Affairs) UGM ini turut mengundang 16 pembicara internasional dan 5 pembicara nasional dengan latar belakang serta bidang studi yang beragam dari berbagai belahan dunia, di antaranya Malaysia, United Kingdom, Australia, Netherlands, New Zealand, dan United States of America. Masing-masing ahli membawakan topik yang komprehensif, spesifik, dan mendalam dalam rangka membedah ranah disabilitas dan rentang perkembangan manusia yang ditilik dari bermacam perspektif. 

Summer course ini diikuti oleh 45 mahasiswa dan profesional internasional yang berasal dari West Africa, Australia, Pakistan, Nepal, Tanzania, Philippines, Ghana, Netherlands, Bangladesh, Malaysia, Iran, Romania, Nigeria, South Africa, dan United States of America, serta 65 mahasiswa dan profesional nasional dari berbagai institusi di Indonesia. Partisipan dari kursus musim panas ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu peserta yang mengikuti partisipasi penuh (Full Participation), kehadiran penuh (Full Attendance), serta sesi individu (Individual Session). Ke depannya, Summer Course yang diselenggarakan ini diharapkan dapat membantu peserta dalam:

  1. Memahami dan mengidentifikasi secara kritis konsep disabilitas yang berkembang serta persimpangan antara faktor-faktor kontekstual yang membatasi partisipasi penyandang disabilitas, baik secara teoretis maupun dalam praktek.
  2. Memahami pendekatan metodologis yang berbeda-beda untuk melibatkan penyandang disabilitas dalam knowledge production dan menganalisis serta menjelaskan faktor-faktor faktual yang menjadi penghalang.
  3. Membangun jaringan dengan ahli-ahli berpengalaman di bidang studi disabilitas serta terlibat dalam percakapan atau diskusi yang mendukung perjalanan akademik.
  4. Membentuk proses belajar kolaboratif dan kerja sama dalam latar internasional, multidisipliner, dan multikultural.
  5. Mengembangkan dan mempresentasikan ide penelitian dalam bahasa saintifik serta memberi masukan terhadap sesama peserta dengan sikap kritis dan apresiatif.

Hari pertama Summer Course yang diawali pada tanggal 3 Agustus 2021, dipandu oleh MC Zahra Fadilah Syamil serta dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM Prof. Dr. Faturochman, M.A. Selanjutnya, Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D selaku Kepala Center for Life-Span Development (CLSD) dan moderator pada pertemuan hari pertama, memaparkan secara keseluruhan tentang kegiatan Summer Course tersebut. 

Kegiatan beralih ke acara utama yaitu keynote lecture oleh Profesor Dan Goodley dari University of Sheffield, United Kingdom, yang menandakan dimulainya modul pertama. Membawakan topik Disability and Other Human Questions, Prof. Goodley dengan gagasan utama “Siapakah yang Patut Menjadi Manusia” mengajak partisipan untuk merenungkan ulang seperti apakah humanisme yang sebenarnya dan juga mengingatkan akan fakta bahwa betapa orang-orang dengan disabilitas telah sangat terdampak secara negatif dalam jumlah yang tak seimbang terutama di kondisi pandemi seperti sekarang ini. Mulai dari dikecewakan layanan kesehatan, mengalami segregasi sepanjang lokatara, hingga semakin berisiko untuk diasingkan dan diabaikan. Beliau juga menyampaikan bahwa, bahkan pada 2021, masih berlaku sebuah kenyataan dan perasaan di mana hanya beberapa orang yang “diperbolehkan” menjadi manusia. Oleh karena itu, kita semua berkewajiban untuk menemukan cara baru yang inklusif dan inovatif untuk menghidupkan kembali hubungan manusiawi satu sama lain. Prof Goodley membawa partisipan pada konklusi bahwa disabilitas adalah salah satu fenomena yang menghidupkan kembali pemahaman kita tentang apa artinya menjadi manusia, dan kita, terlebih lagi di masa-masa sulit seperti ini, perlu untuk menemukan kembali rasa kemanusiaan kita bersama.

Adapun sesi kedua dilaksanakan pada 5 Agustus 2021 dengan penyampaian materi oleh Dr. Sheelagh Daniels-Mayes, dosen dan peneliti dari The University of Sydney, Australia yang bertema Disability and Intersectionality. Seorang akademisi dengan visual impairment dan pengalaman di bidang disabilitas serta indigenous studies, Dr. Daniels-Mayes menjelaskan tentang ​​definisi positionality dan identitas, mendefinisikan interseksionalitas dan bagaimana menggunakannya sebagai alat untuk mengubah status quo, seperti apa diskriminasi struktural dan sistemik, serta pentingnya lived experience dan rasa kepemilikan. Selain itu, Dr. Daniels-Mayes juga mengajak partisipan untuk berefleksi terkait siapa-siapa saja yang selama ini masih tertinggal dalam latar pekerjaan, komunitas, ruang kelas, dan/atau organisasi hingga sekarang, identitas apa saja yang belum diperhitungkan atau dilibatkan dalam proyek, kampanye, dan kegiatan, serta bagaimana cara kita mengikutsertakan mereka.

Disebabkan adanya penundaan pada sesi ketiga modul pertama, summer course pun berlanjut ke sesi keempat pada 12 Agustus 2021 yang dibawakan oleh Profesor Katrina Scior dari University College London, United Kingdom, dengan topik Stereotypes, Prejudice and Discrimination Faced by People with Intellectual Disabilities. Mengajar dari sebuah pulau kecil bernama Shetland Islands yang berlokasi di tengah-tengah Skotlandia dan Norwegia, Prof. Scior mulai mendeskripsikan stereotip, prasangka, diskriminasi, serta definisi dari disabilitas intelektual. Setelah menjelaskan hubungan dan dampak stigma terhadap disabilitas intelektual, Prof. Scior berlanjut memaparkan apa saja intervensi-intervensi anti-stigma yang dapat dilakukan di ranah disabilitas intelektual yang diharapkan juga mampu diaplikasikan pada negara-negara berpenghasilan rendah yang pada kenyataannya masih sangat kekurangan terhadap kegiatan penelitian berkelanjutan terlepas dari data statistik yang menunjukkan lebih tingginya penyintas disabilitas. Selain ceramah, Prof. Scior juga meminta partisipan untuk berdiskusi mengenai pengalaman masing-masing terkait topik dalam kelompok-kelompok kecil di Break Out Room agar partisipan bisa saling berpendapat dengan lebih nyaman satu sama lain. Kuliah sesi keempat ini pun sekaligus menandakan berakhirnya modul pertama: Disability and Intersectionality.

(SRP & SNH/CLSD)

Liputan Kegiatan: Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Penelitian Bidang Psikologi Perkembangan

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Wednesday, 5 May 2021

Pada hari Rabu 28 April 2021 hingga Jumat 30 April 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Kursus Intensif bertajuk “Perkembangan Mutakhir Penelitian Bidang Psikologi Perkembangan” yang berlangsung selama tiga hari dan terbagi ke dalam enam sesi. Acara ini dipandu oleh dua orang MC/Moderator yaitu Immatulfathina Purifiedriyaningrum, S.Psi di hari pertama, serta Desnitariang Zagoto, S.Psi di hari kedua dan ketiga. Peserta terdiri dari mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM, Research Assistant dan Research Intern CLSD, dan juga kalangan umum yang meliputi dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia.

Hari Pertama

Hari pertama (Rabu, 28 April 2021) diawali dengan sambutan dari Kepala CLSD yaitu Elga Andriana, M.Ed., Ph.D. Selanjutnya, Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi S3 turut menyampaikan sambutannya dan secara resmi membuka acara ini. Pasca sambutan, kegiatan beralih menuju penyampaian materi sesi pertama oleh Dr. Maria Goretti Adiyanti, yang menyampaikan keynote speech dengan topik “Memahami Life-Span Development dan Signifikansi Penelitian Perkembangan dalam Beragam Konteks”. Pada sesi ini, Maria membagi pembahasan rentang perkembangan manusia ke dalam dua topik yaitu perspektif dan penelitian. Beliau memaparkan tiga isu dasar dalam Life-Span Development yaitu kondisi individu, perbedaan individu, serta konsep genetik dan lingkungan sebelum memasuki pembahasan macam orientasi, teori, pendekatan, signifikansi, serta arah penelitian psikologi perkembangan. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan jenis-jenis desain penelitian serta contoh dan juga isu etika yang terlibat di dalamnya. Sesi pertama ini dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB yang ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Kemudian, sesi kedua dilanjutkan pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB dengan topik “Neural Substrate of the Semantic Fluency and Overall Cognitive Development in Preschool Children”, disampaikan oleh Hanifah Nurul Fatimah, S.Psi., M.Sc. yang merupakan lulusan S2 Maastricht University jurusan Cognitive Neuroscience. Hanifah membawakan topik mengenai hubungan saraf dengan kelancaran semantik dan perkembangan kognitif pada anak-anak prasekolah. Pada awal sesi, peserta mengikuti kuis sederhana mengenai Tugas Kelancaran Semantik yang berikutnya dijelaskan lebih lanjut oleh beliau. Materi ditutup dengan kesimpulan bahwa pola aktivasi otak yang terorganisasi telah dapat ditunjukkan sejak usia prasekolah secara umum sebelum beralih ke sesi tanya jawab dan diskusi menarik antara narasumber dan peserta.

Hari Kedua

Pada hari Kamis 29 April 2021, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi sesi kedua dan ketiga. Di sesi ketiga yang dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB, narasumber Elga Andriana, M.Ed., Ph.D membersamai pembicara dari State University of New York at Plattsburgh yaitu Michelle L. Bonati, Ph.D. Keduanya menjadi narasumber pada sesi ketiga dengan berkolaborasi membawakan materi bertema “Self-Determination of Children and Adolescents in Youth-Led Research”. 

Salah satu topik utama yang diangkat dalam sesi ini adalah photovoice, sebuah metodologi kualitatif yang melibatkan partisipan untuk mengambil foto dan mengidentifikasi tema dibalik foto dengan menggunakan metode SHOWeD. Dalam proses diskusi, photovoice menjadi topik yang menarik dalam sesi ini. Menurut narasumber, apabila photovoice diselaraskan dengan kurikulum, akan mampu berfungsi sebagai sebuah metode pembelajaran. Di penghujung sesi, para peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan dan menjalin diskusi mengenai materi yang telah disampaikan oleh narasumber. 

Setelah jeda istirahat sejenak, sesi keempat dimulai pada pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00. Pada sesi ini, Sutarimah Ampuni, Ph. D (Cand) sebagai narasumber membawakan materi dengan topik “Perilaku Prososial Anak dan Remaja”. Di awal sesi, Sutarimah mengajak peserta untuk mengikuti sedikit kuis mengenai perilaku/karakter yang dapat dikaitkan dengan jati diri bangsa Indonesia. Dalam penyampaian materinya, beliau membahas kaitan perilaku prososial yang mencakup comforting, helping, sharing, dan cooperating terhadap beberapa variabel lain seperti usia, jenis kelamin, dan area tempat tinggal pada anak dan remaja. Sama dengan sesi-sesi sebelumnya, di akhir sesi, narasumber dan para peserta secara aktif terlibat dalam diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Hari Ketiga

Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Penelitian Bidang Psikologi Perkembangan berlanjut hingga hari Jumat 30 April 2021. Di sesi kelima yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB, T. Novi Poespita Candra, Ph.D selaku narasumber menyampaikan materi dengan topik “Perkembangan Sosial Emosi Anak dan Remaja, Krisis dan Pendidikan di Indonesia: Riset dan Implementasinya”. Selain memaparkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perkembangan sosial emosi anak dan remaja, Novi juga menyampaikan fakta dan harapan mengenai krisis pendidikan di Indonesia. “Faktanya, pendidikan hanya berpusat pada angka dan pencapaian akademik. Di satu sisi, pendidikan diharapkan dapat mendorong karakter dan kesejahteraan siswa, termasuk meningkatkan berbagai kompetensi seperti kreativitas, komunikasi, kolaborasi, problem solving, dan critical thinking”, ujar beliau.

Setelah terjalin kegiatan tanya jawab dan diskusi yang hangat, peserta juga diminta untuk menuliskan kalimat refleksi mengenai hal apa yang paling berkesan selama sesi kelima berlangsung. Di penghujung waktu, beliau menutup sesi ini dengan membacakan sebuah kutipan dari Tan Malaka yang berbunyi: Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.

Sesaat setelah jeda istirahat, sesi keenam dimulai kembali pada pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Pada sesi terakhir ini, narasumber Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D membersamai pembicara dari School of Civil Engineering, The University of Sydney yaitu Aaron Opdyke, Ph.D, CPEng, P.E., NER. Keduanya menjadi narasumber pada sesi keenam dengan berkolaborasi menyampaikan materi mengenai “Inclusion and Role of People with Disabilities and Older Person in Disaster and Humanitarian Response”. 

Pada sesi ini, kedua narasumber menyampaikan materi mengenai bencana alam dan kaitannya dengan riset dan ilmu pengetahuan di bidang lifespan development dan kemanusiaan. Pradytia menyampaikan bahwa orang dengan disabilitas dan lanjut usia lebih rentan dan beresiko saat menghadapi bencana alam. Oleh karenanya, kita perlu memahami lebih lanjut mengenai perubahan fisik, psikologis, kebutuhan, dan kesejahteraan orang dengan disabilitas dan lanjut usia saat menghadapi bencana alam. Di satu sisi, Aaron turut memaparkan materi dan pengalaman penelitiannya yang bertajuk: Beyond Four Walls and a Roof: Shelter, Participation, and Intersecting Physical and Psychological Needs in Humanitarian Response. Di penghujung sesi setelah pemaparan materi selesai, kembali diadakan tanya jawab dan diskusi yang interaktif antara peserta dan narasumber.

Penutupan

Sesaat setelah sesi keenam selesai, Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi S3 secara resmi menutup kursus intensif ini. “Terima kasih untuk semua narasumber dan speakers yang dalam tiga hari ini sudah membagikan ilmu, inspirasi, wawasan, dan pengalamannya. I think sharing knowledge in this more or less flexible way is much more inspiring to our students and hopefully also to all the participants without the formal ways of doing lectures like what we used to do. Big appreciation untuk semua partisipan yang sudah sangat antusias mengikuti materi dalam tiga hari ini. Semoga nanti dapat bermanfaat untuk kita semua”, ujar beliau. 

Melalui kursus intensif ini, diharapkan semua peserta dapat memperoleh ide, ilmu, inspirasi, dan wawasan yang baru mengenai penelitian mutakhir di bidang psikologi perkembangan yang telah disampaikan oleh para ahli di bidangnya. Sampai bertemu di acara kami selanjutnya. (SRP & DAR/CLSD).

Liputan Kegiatan: Intensive Course on Multimethod and Mixed Research

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Friday, 26 February 2021

Pada hari Senin 15 Februari 2021 hingga Rabu 17 Februari 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan “Intensive Course on Multimethod and Mixed Research” yang berlangsung selama tiga hari dan terbagi ke dalam enam sesi. Acara ini dipandu oleh tiga orang MC/Moderator yaitu Nida Khairunnisaa, S.Psi di hari pertama, Immatulfathina Purifiedriyaningrum, S.Psi di hari kedua, serta Ribka Mutiara Simatupang, S.Psi di hari ketiga. Peserta terdiri dari mahasiswa S3/Doktor Fakultas Psikologi UGM dan juga kalangan umum yang meliputi dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia.⁣

Hari Pertama

Sebelum kursus dimulai, Elga Andriana, M.Ed., Ph.D selaku Kepala CLSD secara resmi membuka acara ini. Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi sesi pertama (pukul 08.00 – 10.00 WIB) oleh Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D yang membawakan materi dengan tema Multimethod Research: an Overview. Di awal sesi penyampaian materi, Pradytia menjelaskan mengenai pengertian dan perbedaan antara mixed method dengan multimethod design. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan mengenai kapan pendekatan multimethod dapat diaplikasikan dalam sebuah penelitian serta kekuatan dan kelemahan dari metode tersebut. Pradytia turut membacakan sebuah kutipan dari Hesse-Biber & Johnson yang berbunyi: All research is rooted in a point of view, and being conscious of this focus is critical to understanding researchers’ methodological choices.

Setelah jeda sejenak, kursus berlanjut menuju sesi kedua pada pukul 10.15 – 12.15 WIB. Masih dengan narasumber yang sama, Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D memaparkan materi di sesi kedua dengan fokus utama pada Design and Data Collection in Multimethod Research. Pradytia menjelaskan mengenai tingkatan dan jenis multimethod design dalam penelitian beliau yang berjudul: Rising to a New Role: Disabled People’s Organisations as Leaders of Disability-Inclusive Disaster Risk Reduction in Indonesia. Di tengah sesi, peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap-tiap kelompok tersebut diberikan studi kasus yang berbeda. Masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan studi kasus lalu merumuskan a) Pertanyaan penelitian, b) Scope dan desain penelitian multimethod, serta c) Sumber daya yang diperlukan (waktu, dana, sdm, rencana kolaborasi). Selanjutnya, beberapa perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusinya sehingga terjalin diskusi yang hangat antara peserta dengan narasumber.

Hari Kedua

Kursus intensif hari kedua yang diselenggarakan pada Selasa, 16 Februari 2021 terdiri dari dua sesi. Sesi ketiga dengan topik Data Analysis and Interpretation in Multimethod Research disampaikan oleh Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Salah satu topik utama yang disampaikan oleh Pradytia adalah mengenai integration techniques, yaitu teknik-teknik dalam mengintegrasikan data yang terdiri dari triangulation, following a thread, mixed method matrix, dan theoretical interpretation. Melanjutkan sesi diskusi kelompok pada hari sebelumnya, di sesi ini kelompok-kelompok tersebut juga diminta untuk mendiskusikan beberapa hal mengenai theoretical drive, jenis data yang didapatkan dalam penelitian tersebut, serta langkah dan teknik integrasi yang dapat dilakukan. Sesi ketiga diakhiri dengan diskusi yang menarik dari para peserta dan narasumber.

Sesaat setelah jeda istirahat, kursus berlanjut menuju sesi selanjutnya pada pukul 10.15 – 12.15 WIB. Sesi keempat dengan topik Mixed Method Research: an Overview disampaikan oleh Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si. Avin menjelaskan secara detail mengenai definisi dan sejarah munculnya istilah mixed methods atau metode campuran. Menjawab pertanyaan mengapa mixed method atau metode campuran dilakukan, beliau menyampaikan bahwa metode ini lebih dari sekedar angka, lebih dari sekedar kata-kata, dan bahwa kombinasi angka dan kata menjadi hal yang sangat penting. Di akhir sesi, beliau melakukan sharing session atau berbagi pengalaman penelitian menggunakan mixed method yang telah beliau lakukan pada tahun 2017 dengan judul The Development of Online Friendship Scale.

Hari Ketiga

Intensive Course on Multimethod and Mixed Research berlanjut hingga hari Rabu, 17 Februari 2021 pukul 08.00 – 10.00 WIB untuk sesi kelima dan pukul 10.15 – 12.15 WIB untuk sesi keenam. Sesi kelima dengan topik Design and Data Collection in Mixed Method Research disampaikan oleh Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D⁣. Beliau menjelaskan beberapa desain-desain mayor mixed method, di antaranya adalah convergent mixed-methods design, explanatory sequential mixed-methods design, dan exploratory sequential mixed-methods design yang mana masing-masing desain memiliki karakteristik dan tujuannya sendiri. Pada akhir sesi kelima, diadakan diskusi kelompok selama tiga puluh menit. Pada tiap-tiap kelompok, disajikan studi kasus yang berbeda-beda lalu peserta diminta untuk mendiskusikan pertanyaan penelitian, scope dan desain penelitian, serta sumber daya yang diperlukan. Sesi keempat ini ditutup dengan diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Setelah jeda istirahat, sesi kelima dimulai kembali dengan narasumber Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si dan Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D⁣ yang berkolaborasi membawakan materi bertema Data Analysis and Interpretation in Mixed Method Research. Avin memaparkan mengenai teknik interpretasi triangulasi yang terdiri dari convergence, complementarity, dan discrepancy. Setelah itu, Edilburga menjelaskan mengenai integrasi data penelitian dengan mengungkap: Why integrate? What to integrate? When to integrate? How to integrate? Selain itu, beliau juga membagikan pengalaman penelitiannya dalam menggunakan desain mixed method dengan judul Understanding Indonesian Primary School Teachers’ Social-Emotional Practice. Sesi keenam diakhiri dengan tanya jawab dan diskusi yang menarik antara peserta dengan narasumber.

Penutup

Intensive Course on Multi Method and Mixed Research yang berlangsung selama tiga hari telah berjalan dengan lancar. Melalui kursus intensif ini, diharapkan seluruh peserta memperoleh ilmu, wawasan, dan inspirasi baru mengenai metode penelitian multimethod dan mixed method di bidang penelitian psikologi. Sampai bertemu di acara CLSD selanjutnya. (SNH/CLSD).

Liputan Kegiatan: Semiloka Etika Penelitian dengan Partisipan Anak

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Wednesday, 10 February 2021

Pada hari Kamis 4 Februari 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) kembali berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Semiloka: Etika Penelitian dengan Partisipan Anak secara daring melalui Zoom Meeting. Semiloka yang berlangsung selama satu hari dan terbagi menjadi dua sesi ini dipandu oleh Diah Dinar Utami, S.Psi sebagai MC/Moderator. ⁣Dalam pelaksanaannya, peserta semiloka terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM, peneliti perkembangan anak, mahasiswa, guru, hingga praktisi pendidikan. 

Sesi Pertama

Semiloka sesi pertama diisi dengan pemaparan materi oleh T. Novi Poespita Candra, M.Si., Ph.D yang berlangsung sejak pukul 08.00 – 10.00 WIB. Materi yang disampaikan memiliki tema: Tantangan Metodologis dan Etis Penelitian dengan Anak dan selanjutnya dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab interaktif dengan peserta. Novi menerangkan topik-topik seperti alasan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan riset dengan melibatkan anak-anak. Selain itu, beliau juga menjelaskan macam-macam desain penelitian yang dapat dilakukan, informed consent dan tiga prinsip utama dalam penelitian yang melibatkan anak-anak, pelaksanaan payment and compensation pada proses riset, privacy and confidentiality, serta contoh konkret dari riset yang telah dilakukan sebelumnya.

Sesi Kedua

Selanjutnya, semiloka sesi kedua diisi dengan pemaparan materi oleh Elga Andriana, M.Ed., Ph.D yang berlangsung mulai pukul 10.00 – 12.00 WIB. Elga membawakan materi dengan tema: Penelitian Melibatkan Anak yang Etis dan Inklusif. Materi yang menitikberatkan fokus pada anak dengan disabilitas ini menerangkan prinsip dasar etika penelitian yang melibatkan anak dengan disabilitas, isu seputar etika penelitian yang melibatkan anak dengan disabilitas, dan adaptasi yang bisa peneliti lakukan untuk memenuhi kebutuhan partisipan anak dengan disabilitas dalam penelitian. Beliau turut memaparkan penelitiannya bersama Professor David Evans yang berjudul Mendengarkan Suara Anak: Pengalaman Siswa tentang Pendidikan Inklusif (Hearing Voices: Children’s Experiences of Inclusion). Beberapa pertanyaan terkait studi kasus juga dilontarkan oleh peserta sehingga terjadi diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Penutup

Melalui semiloka ini, diharapkan peserta memperoleh ilmu, ide, serta inspirasi mengenai penelitian dengan keterlibatan anak yang telah disampaikan para ahli di bidangnya. Sampai bertemu di acara CLSD selanjutnya. (SRP & DAR/CLSD).

Liputan Kegiatan: Kursus Metode Penelitian Naratif

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Friday, 18 December 2020

Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan “Kursus Metode Penelitian Naratif” yang berlangsung selama dua hari dan terbagi ke dalam tujuh sesi. Berlangsung sejak hari Jumat, 4 Desember 2020 hingga Sabtu, 5 Desember 2020, acara ini dipandu oleh MC/Moderator yaitu Salma Nur Hanifah, S.Psi dengan peserta yang terdiri dari mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM dan juga kalangan umum meliputi dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia.

Hari Pertama

Agenda kursus pada hari pertama meliputi pengantar, penjelasan teori dan desain, metode pengumpulan data, pendekatan analisis, serta presentasi. Di hari pertama, kursus dimulai pukul 08.00 WIB dan dibuka oleh pemaparan materi dari Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D., Psikolog, yang membahas materi dengan tema Sejarah dan Perkembangan Penelitian Naratif. Pada pukul 09.00 hingga 11.00 WIB, sesi kedua dilanjutkan dengan pendalaman topik Teori dan Desain Penelitian Naratif lebih lanjut yang dibawakan oleh Made Diah Lestari, Ph.D (Cand). Masih dengan narasumber yang sama, sesi ketiga beralih pada pembahasan Metode dan Praktik Pengumpulan Data Naratif hingga akhirnya ditutup dengan sesi keempat oleh Edilburga kembali dengan topik Rancangan Penelitian Naratif yang berlangsung hingga pukul 16.00 WIB. Isi keseluruhan pada kursus hari pertama masih berfokus pada apa yang menjadi dasar-dasar penelitian naratif mulai dari sejarah, pengertian, fungsi, ragam pendekatan, contoh topik, data, dan analisis, serta dilengkapi dengan sharing pengalaman pribadi oleh narasumber mengenai pengerjaan Tesis S3 beliau. Penyampaian tema-tema kursus pada hari pertama ini bertujuan untuk memberi pemahaman secara umum sehingga diharapkan peserta dapat mengikuti rangkaian kursus dengan baik sebelum memasuki topik selanjutnya.

Hari Kedua

Berlanjut di hari kedua pada Sabtu 5 Desember 2021, Dr. Bagus Takwin, M.Hum yang bertindak selaku pembicara memulai sesi kelima pada pukul 08.00 – 10.00 WIB dengan membawakan topik Beragam Pendekatan dan Praktik Hasil Penelitian Naratif. Beliau melanjutkan pembahasan mengenai salah satu pendekatan yang biasanya berfokus pada kehidupan individu ini dengan topik Penyajian Hasil Penelitian Naratif pada sesi keenam yang berlangsung pada pukul 10.00 – 12.00 WIB. Sesi kelima dan keenam tersebut diakhiri dengan tanya jawab dan diskusi yang interaktif antara peserta dengan narasumber.

Di penghujung kursus yaitu sesi ketujuh sebagai rangkaian terakhir dari kursus naratif ini, beragendakan Presentasi Rancangan Penelitian Naratif yang dipandu oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D. Pada sesi terakhir yang berlangsung pada pukul 13.00 – 15.00 WIB, sejumlah peserta kursus dipersilakan untuk mempresentasikan hasil rancangan penelitian naratif masing-masing yang mencakup latar belakang, teori yang digunakan, serta metode penelitian. Para peserta dan narasumber turut memberikan apresiasi, saran, dan masukan pada sejumlah peserta yang telah mempresentasikan hasil rancangan penelitian naratifnya.

Penutup

Kegiatan Kursus Metode Penelitian Naratif telah berlangsung dengan lancar dan secara resmi ditutup oleh Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi S3 di penghujung acara. Melalui kursus penelitian naratif ini, diharapkan peserta memperoleh ilmu, wawasan, dan inspirasi mulai dari desain, metode, rancangan, hingga penyajian hasil penelitian naratif khususnya di bidang penelitian psikologi. Sampai bertemu di acara CLSD selanjutnya. (SRP & DAR/CLSD).

1…345

Recent Posts

  • Petak Umpet: Permainan Tradisional yang dapat Membangun Keterampilan Sosioemosional Anak Usia Dini
  • Mendidik Anak dengan Bahasa Cinta
  • Eco-Conscious Parenting: Menumbuhkan Praktik Berkelanjutan pada Perkembangan Anak
  • Memahami Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Kedai Kopi
  • Membangun Kembali Kegembiraan: Pentingnya Bermain Bagi Kesejahteraan Mental Bagi Masyarakat
Universitas Gadjah Mada

Center for Life-Span Development (CLSD)
D-602, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Jalan Sosio Humaniora Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281
clsd.psikologi@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju