• Home
  • About Us
    • Managing Team
    • Researchers
    • Interns
    • Associates
  • Articles
  • Courses
  • Activities
    • CLSD Reader’s Club
    • Summer Course
    • Photovoice
    • SAELA
    • Community Service
  • Research & Publication
Universitas Gadjah Mada Center for Life-Span Development (CLSD)
Faculty of Psychology
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • About Us
    • Managing Team
    • Researchers
    • Interns
    • Associates
  • Articles
  • Courses
  • Activities
    • CLSD Reader’s Club
    • Summer Course
    • Photovoice
    • SAELA
    • Community Service
  • Research & Publication
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 10
Pos oleh :

clsd.psikologi

Liputan Kegiatan: Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Penelitian Bidang Psikologi Perkembangan

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Wednesday, 5 May 2021

Pada hari Rabu 28 April 2021 hingga Jumat 30 April 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Kursus Intensif bertajuk “Perkembangan Mutakhir Penelitian Bidang Psikologi Perkembangan” yang berlangsung selama tiga hari dan terbagi ke dalam enam sesi. Acara ini dipandu oleh dua orang MC/Moderator yaitu Immatulfathina Purifiedriyaningrum, S.Psi di hari pertama, serta Desnitariang Zagoto, S.Psi di hari kedua dan ketiga. Peserta terdiri dari mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM, Research Assistant dan Research Intern CLSD, dan juga kalangan umum yang meliputi dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia.

Hari Pertama

Hari pertama (Rabu, 28 April 2021) diawali dengan sambutan dari Kepala CLSD yaitu Elga Andriana, M.Ed., Ph.D. Selanjutnya, Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi S3 turut menyampaikan sambutannya dan secara resmi membuka acara ini. Pasca sambutan, kegiatan beralih menuju penyampaian materi sesi pertama oleh Dr. Maria Goretti Adiyanti, yang menyampaikan keynote speech dengan topik “Memahami Life-Span Development dan Signifikansi Penelitian Perkembangan dalam Beragam Konteks”. Pada sesi ini, Maria membagi pembahasan rentang perkembangan manusia ke dalam dua topik yaitu perspektif dan penelitian. Beliau memaparkan tiga isu dasar dalam Life-Span Development yaitu kondisi individu, perbedaan individu, serta konsep genetik dan lingkungan sebelum memasuki pembahasan macam orientasi, teori, pendekatan, signifikansi, serta arah penelitian psikologi perkembangan. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan jenis-jenis desain penelitian serta contoh dan juga isu etika yang terlibat di dalamnya. Sesi pertama ini dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB yang ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Kemudian, sesi kedua dilanjutkan pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB dengan topik “Neural Substrate of the Semantic Fluency and Overall Cognitive Development in Preschool Children”, disampaikan oleh Hanifah Nurul Fatimah, S.Psi., M.Sc. yang merupakan lulusan S2 Maastricht University jurusan Cognitive Neuroscience. Hanifah membawakan topik mengenai hubungan saraf dengan kelancaran semantik dan perkembangan kognitif pada anak-anak prasekolah. Pada awal sesi, peserta mengikuti kuis sederhana mengenai Tugas Kelancaran Semantik yang berikutnya dijelaskan lebih lanjut oleh beliau. Materi ditutup dengan kesimpulan bahwa pola aktivasi otak yang terorganisasi telah dapat ditunjukkan sejak usia prasekolah secara umum sebelum beralih ke sesi tanya jawab dan diskusi menarik antara narasumber dan peserta.

Hari Kedua

Pada hari Kamis 29 April 2021, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi sesi kedua dan ketiga. Di sesi ketiga yang dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB, narasumber Elga Andriana, M.Ed., Ph.D membersamai pembicara dari State University of New York at Plattsburgh yaitu Michelle L. Bonati, Ph.D. Keduanya menjadi narasumber pada sesi ketiga dengan berkolaborasi membawakan materi bertema “Self-Determination of Children and Adolescents in Youth-Led Research”. 

Salah satu topik utama yang diangkat dalam sesi ini adalah photovoice, sebuah metodologi kualitatif yang melibatkan partisipan untuk mengambil foto dan mengidentifikasi tema dibalik foto dengan menggunakan metode SHOWeD. Dalam proses diskusi, photovoice menjadi topik yang menarik dalam sesi ini. Menurut narasumber, apabila photovoice diselaraskan dengan kurikulum, akan mampu berfungsi sebagai sebuah metode pembelajaran. Di penghujung sesi, para peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan dan menjalin diskusi mengenai materi yang telah disampaikan oleh narasumber. 

Setelah jeda istirahat sejenak, sesi keempat dimulai pada pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00. Pada sesi ini, Sutarimah Ampuni, Ph. D (Cand) sebagai narasumber membawakan materi dengan topik “Perilaku Prososial Anak dan Remaja”. Di awal sesi, Sutarimah mengajak peserta untuk mengikuti sedikit kuis mengenai perilaku/karakter yang dapat dikaitkan dengan jati diri bangsa Indonesia. Dalam penyampaian materinya, beliau membahas kaitan perilaku prososial yang mencakup comforting, helping, sharing, dan cooperating terhadap beberapa variabel lain seperti usia, jenis kelamin, dan area tempat tinggal pada anak dan remaja. Sama dengan sesi-sesi sebelumnya, di akhir sesi, narasumber dan para peserta secara aktif terlibat dalam diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Hari Ketiga

Kursus Intensif Perkembangan Mutakhir Penelitian Bidang Psikologi Perkembangan berlanjut hingga hari Jumat 30 April 2021. Di sesi kelima yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB, T. Novi Poespita Candra, Ph.D selaku narasumber menyampaikan materi dengan topik “Perkembangan Sosial Emosi Anak dan Remaja, Krisis dan Pendidikan di Indonesia: Riset dan Implementasinya”. Selain memaparkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perkembangan sosial emosi anak dan remaja, Novi juga menyampaikan fakta dan harapan mengenai krisis pendidikan di Indonesia. “Faktanya, pendidikan hanya berpusat pada angka dan pencapaian akademik. Di satu sisi, pendidikan diharapkan dapat mendorong karakter dan kesejahteraan siswa, termasuk meningkatkan berbagai kompetensi seperti kreativitas, komunikasi, kolaborasi, problem solving, dan critical thinking”, ujar beliau.

Setelah terjalin kegiatan tanya jawab dan diskusi yang hangat, peserta juga diminta untuk menuliskan kalimat refleksi mengenai hal apa yang paling berkesan selama sesi kelima berlangsung. Di penghujung waktu, beliau menutup sesi ini dengan membacakan sebuah kutipan dari Tan Malaka yang berbunyi: Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.

Sesaat setelah jeda istirahat, sesi keenam dimulai kembali pada pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Pada sesi terakhir ini, narasumber Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D membersamai pembicara dari School of Civil Engineering, The University of Sydney yaitu Aaron Opdyke, Ph.D, CPEng, P.E., NER. Keduanya menjadi narasumber pada sesi keenam dengan berkolaborasi menyampaikan materi mengenai “Inclusion and Role of People with Disabilities and Older Person in Disaster and Humanitarian Response”. 

Pada sesi ini, kedua narasumber menyampaikan materi mengenai bencana alam dan kaitannya dengan riset dan ilmu pengetahuan di bidang lifespan development dan kemanusiaan. Pradytia menyampaikan bahwa orang dengan disabilitas dan lanjut usia lebih rentan dan beresiko saat menghadapi bencana alam. Oleh karenanya, kita perlu memahami lebih lanjut mengenai perubahan fisik, psikologis, kebutuhan, dan kesejahteraan orang dengan disabilitas dan lanjut usia saat menghadapi bencana alam. Di satu sisi, Aaron turut memaparkan materi dan pengalaman penelitiannya yang bertajuk: Beyond Four Walls and a Roof: Shelter, Participation, and Intersecting Physical and Psychological Needs in Humanitarian Response. Di penghujung sesi setelah pemaparan materi selesai, kembali diadakan tanya jawab dan diskusi yang interaktif antara peserta dan narasumber.

Penutupan

Sesaat setelah sesi keenam selesai, Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi S3 secara resmi menutup kursus intensif ini. “Terima kasih untuk semua narasumber dan speakers yang dalam tiga hari ini sudah membagikan ilmu, inspirasi, wawasan, dan pengalamannya. I think sharing knowledge in this more or less flexible way is much more inspiring to our students and hopefully also to all the participants without the formal ways of doing lectures like what we used to do. Big appreciation untuk semua partisipan yang sudah sangat antusias mengikuti materi dalam tiga hari ini. Semoga nanti dapat bermanfaat untuk kita semua”, ujar beliau. 

Melalui kursus intensif ini, diharapkan semua peserta dapat memperoleh ide, ilmu, inspirasi, dan wawasan yang baru mengenai penelitian mutakhir di bidang psikologi perkembangan yang telah disampaikan oleh para ahli di bidangnya. Sampai bertemu di acara kami selanjutnya. (SRP & DAR/CLSD).

Internet sebagai Sumber Informasi Pengasuhan Orang Tua Masa Kini, Bolehkah?

Blog Friday, 19 March 2021

Ditulis oleh: Putri Pristine & Arum Febriani

Terlahir di era digital membuat para orang tua milenial begitu dekat dengan teknologi dalam mengasuh anak. Pesatnya perkembangan teknologi, yang bisa dilihat dari model-model gadget canggih terbaru yang muncul di perdagangan elektronik, sangat memudahkan orang tua milenial untuk mengakses berbagai informasi dari internet. Tidak sedikit orang tua milenial yang mengandalkan internet sebagai sumber informasi terkait parenting. Ketika bingung kenapa anak sulit makan, bagaimana cara mengajarkan toilet training, atau apa rekomendasi botol susu terbaik, mungkin orangtua milenial lebih dulu bertanya pada Google dibandingkan pada orangtua, dokter anak, atau orang lain yang kompeten dan berpengalaman. Hal ini tentulah sangat berbeda dengan orang tua generasi sebelumnya yang belum terekspos dengan kecanggihan teknologi dan internet.

Hasil riset pada orang tua milenial di Indonesia, khususnya ibu menunjukkan bahwa 55,40% orang tua milenial mencari informasi parenting melalui internet, 14% melalui buku, 13,80% melalui seminar, 15,40% melalui keluarga, dan 1,40% melalui tetangga. Melalui perantara internet, para orang tua ini mengakses informasi melalui media sosial, website parenting, blog, maupun artikel dan jurnal online. Riset tersebut juga menunjukkan bahwa 66,78% orang tua milenial menggunakan media sosial (1).

Informasi yang umumnya dicari oleh orang tua milenial cukup bervariasi. Topik yang umumnya dicari oleh orang tua beragam sesuai dengan kelompok usia anaknya dan meliputi kesehatan, rencana sekolah, dan pola asuh anak. Informasi lain adalah terkait merawat bayi dalam kandungan, persiapan untuk melahirkan, informasi yang berhubungan dengan diagnosa kesehatan, perilaku anak, dan tips-tips pola asuh yang baik dalam mendidik anak (2).

Ada beberapa alasan mengapa orangtua milenial mengandalkan internet sebagai sumber informasi parenting (3,4,5) :
• Pertama, informasi bisa dengan cepat diakses dan tidak memerlukan waktu yang lama. Orang tua tidak perlu menggunakan waktunya untuk pergi mengunjungi psikolog untuk berkonsultasi mengenai perkembangan anaknya.
• Kedua, informasi di internet sangat beragam dengan permasalahan-permasalahan parenting yang muncul di masyarakat. Informasi apapun yang dibutuhkan oleh orangtua rasanya bisa ditemukan dengan mudah di internet.
• Ketiga, biaya yang dibutuhkan relatif murah. Orang tua tidak harus membayar banyak dibandingkan jika harus pergi ke dokter, membeli buku, atau datang ke seminar parenting.
• Keempat, internet memudahkan orang tua untuk bertukar informasi dengan orang tua lain. Dengan saling bertukar pengalaman, orang tua merasa dapat dukungan, tidak merasa sendiri dan tidak menjadi stress karena merasa dimengerti oleh orang lain. Mereka juga tidak merasa malu untuk bertanya secara langsung karena mereka bisa menyembunyikan identitas mereka (anonim).

Namun, meski memberikan banyak kemudahan bagi orang tua milenial, internet tetap memiliki kelemahan. Permasalahan paling utama adalah kredibilitas informasi yang dipertanyakan. Tidak semua informasi yang beredar di internet adalah informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemudahan akses internet bisa membuat semua orang dengan gampang berbagi informasi dan kemudian dalam sekejap beredar luas. Permasalahan lainnya, ketika informasi yang beredar di internet cukup banyak, orang tua bisa menjadi kewalahan dan bingung dalam meresap informasi dan menentukan mana yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam mengasuh anak. Kebingungan ini bisa berakibat fatal saat anak akhirnya menjadi ‘kelinci percobaan’ orang tua tanpa adanya pengetahuan dan pertimbangan yang matang. Apalagi jika ternyata informasi yang diikuti adalah informasi hoax (palsu).

Lalu, untuk meminimalisir permasalahan yang disebutkan di atas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua milenial? Bolehkah mereka tetap menjadikan internet sebagai sumber informasi terkait pengasuhan anak. Jawabnya, tentu saja boleh! Namun, orang tua harus belajar untuk mencari dan mengevaluasi sumber berita di internet. Selain itu, mereka juga harus bijak memilih informasi mana yang akan diterapkan pada anaknya.

Berikut beberapa tips bagi orangtua dalam menjadikan internet sebagai sahabat/sumber informasi pengasuhan anak:
• Jika mengakes informasi dari website, sebaiknya cari website yang dikelola oleh sumber terpercaya (misalnya lembaga atau komunitas). Umumnya domain situs resmi yang digunakan di Indonesia adalah id. dan org. Kemudian, pastikan nama penulis tertera jelas dan ada bukti bahwa informasi didasarkan pada bukti saintifik. Website yang baik biasanya juga memiliki tampilan menarik dan mudah dibaca. Selain itu, website tersebut memberikan kemudahan akses untuk orangtua bertanya dan cukup responsif, bisa lewat kolom komentar atau no kontak yang dapat dihubungi.
• Pastikan teliti dalam mencermati usia: apakah informasi yang dibaca sesuai dengan usia anak mereka. Apabila usianya berbeda, sangat mungkin berbeda penanganan karena perkembangan anak bervariasi sesuai dengan usianya. Sebagai contoh, ketika membaca informasi tentang MP-ASI, rekomendasi makanan untuk anak 6 bulan pasti berbeda dengan rekomendasi untuk anak usia 12 bulan.
• Kritislah dalam memilah informasi dan menerapkannya kepada anak. Misalnya, saat orang tua memperoleh informasi dari orangtua lain atau influencer di Instagram, penting bagi orangtua untuk memperhatikan kesesuaian informasi dengan kondisi anaknya. Meskipun tampak baik, orang tua tidak bisa langsung menerapkan semua informasi atau meniru apa yang orang tua lain lakukan karena itu belum tentu berhasil apabila diberlakukan pada anaknya sendiri.

Nah, itulah beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan oleh orangtua saat menggunakan internet sebagai sumber informasi tentang pengasuhan. Namun, perlu diingat bahwa website/media sosial bukankah satu-satunya sumber belajar. Orangtua harus berpikiran terbuka dan jangan ragu untuk bertanya atau belajar langsung pada mereka yang lebih ahli atau berpengalaman! Selamat terus belajar menjadi orangtua.

Referensi:
1. Setyastuti, Y., Suminar, J. R., Hadisiwi, P., & Zubair, F. (2019). Millennial moms : social media as the preferred source of information about parenting in indonesia. Library Philosophy and Practice (e-journal).
2. Mooney, A., Rost, J., & Johnsmeyer, B. (2014). Diapers to diplomas: What’s on the minds of new parents. Retrieved April 15, 2020, from https://www.thinkwithgoogle.com/consumer-insights/new-parents/
3. Baker, S., Sanders, M. R., & Morawska, A. (2017). Who uses online parenting support? A cross-sectional survey exploring australian parents’ internet use for parenting. J Child Fam Stud, 26, 916–927. doi: 10.1007/s10826-016-0608-1
4. Bartholomew, M. K., Schoppe-Sullivan, S. J., Glassman, M., Kamp Dush, C. M., & Sullivan, J. M. (2012). New parents’ facebook use at the transition to parenthood. Fam Relat., 61(3), 455–469. doi: 10.1111/j.1741-3729.2012.00708.x
5. Chang, I.-H., & Chen, R.-S. (2019). The impact of perceived usefulness on satisfaction with online parenting resources: The mediating effects of liking and online interaction. Asia-Pacific Edu Res. doi: https://doi.org/10.1007/s40299-019-00484-y
6. Dworkin, J., Connell, J., & Doty, J. (2013). A literature review of parents’ online behavior. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 7(2), Article 2. doi: https://doi.org/10.5817/CP2013-2-2

Perkembangan Perilaku Prososial Anak

Blog Thursday, 18 March 2021

Ditulis oleh: Sukmo Bayu Suryo Buwono

Segala perbuatan yang ditujukan untuk mengungkapkan kepedulian, memberi manfaat, atau menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain dapat diklasifikasikan sebagai perilaku prososial. Beberapa bentuk umum dari perilaku prososial adalah seperti perilaku menolong, membantu, berbagi, bekerja sama, dan menghibur orang lain yang sedang bersedih.

Kemampuan berempati dan karakter prososial seseorang terus berkembang seiring bertambahnya usia. Faktor lingkungan, dalam hal ini dengan siapa dan bagaimana ia bersosialisasi sehari-hari, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter prososial seseorang. Saking berpengaruhnya, hal tersebut sampai-sampai dapat menentukan bentuk trajektori perkembangannya: apakah meningkat atau menurun.

Masa paling krusial untuk membentuk karakter prososial seseorang adalah di fase kanak-kanak. Jika seseorang berhasil menumbuhkan kualitas prososial yang baik di masa ini, sangat mungkin ketika dewasa ia juga akan memiliki kualitas prososial yang baik. Sebaliknya jika seorang anak memiliki karakter prososial yang kurang baik, maka hal ini berisiko mendorong orang tersebut untuk mengadopsi kepribadian yang bersifat antisosial di masa mendatang.

Agar perkembangan karakter prososial dapat dioptimalkan, orang tua perlu peka dalam mencermati tahapan perkembangan kualitas perilaku prososial anak. Di bawah ini kami merangkum lima tahapan perkembangan kualitas perilaku prososial yang dirumuskan oleh Nancy Eisenberg, seorang ahli di bidang perkembangan prososial. Dengan memahami tahapan berikut, diharapkan orang tua dapat terbantu dalam memonitor milestone perkembangan perilaku prososial buah hatinya.

Tahap 1 – Berorientasi pada kepentingan pribadi. Anak-anak yang berada di tahapan ini masih berorientasi pada keuntungan protektif yang mungkin didapatnya dari lingkungan sosial jika ia berbuat baik kepada orang lain. Oleh karena itu, pada tahap ini alasan anak untuk berbuat baik tidak murni didasari rasa kepedulian, tetapi lebih kepada menghindari konsekuensi negatif jika ia tidak berbuat baik. Salah satu contohnya seperti anak yang menata kembali mainannya setelah bermain karena takut dimarahi oleh orang tuanya. Kualitas prososial seperti ini ditemukan pada anak usia pra-sekolah dan sebagian kecil anak usia awal sekolah dasar.

Tahap 2 – Berorientasi pada kebutuhan. Anak-anak yang berada di tahap ini mulai menunjukkan kemampuan dalam mengekspresikan kepeduliannya terhadap kebutuhan orang lain sekalipun kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan kepentingan pribadinya. Meski demikian, wujud kepedulian yang ditunjukkan masih bersifat sederhana dan tidak mengandung proses reflektif. Artinya, anak hanya sebatas merespon sinyal ketika orang lain membutuhkan bantuan tanpa bisa mengungkapkan ekspresi simpati secara verbal ataupun membayangkan jika dirinya berada di posisi tersebut. Kualitas prososial seperti ini ditemukan pada mayoritas anak usia pra-sekolah dan sebagian besar anak usia sekolah dasar.

Tahap 3 – Berorientasi pada penilaian orang lain dan stereotip sebagai anak baik. Dalam melakukan perbuatan baik, anak-anak yang berada di tahap ini cenderung memaknainya sebagai upaya agar dapat diterima oleh orang-orang di sekelilingnya dan sekaligus dipandang sebagai orang yang baik. Salah satu contohnya seperti anak yang mengajukan diri untuk membantu Bu Guru membersihkan papan tulis seusai pelajaran agar mendapat penilaian yang baik dari guru dan juga teman-temannya. Kualitas prososial ini ditemukan pada sebagian anak usia sekolah dasar dan sebagian kecil anak usia sekolah menengah.

Tahap 4a – Munculnya kemampuan reflektif dan empati. Pada tahap ini, pertimbangan anak untuk berbuat baik sudah jauh lebih kompleks. Perbuatan baik yang mereka lakukan telah melibatkan proses empati, pertimbangan atas prinsip-prinsip kemanusiaan, dan antisipasi terhadap emosi yang mungkin akan mereka rasakan jika memutuskan untuk menolong atau tidak menolong orang yang membutuhkan bantuan. Sebagai contoh, anak yang berada di tahap ini mungkin akan menyumbangkan uang jajannya dalam kegiatan pengumpulan donasi untuk korban bencana karena ia tergerak secara emosi dan dapat membayangkan dirinya berada di situasi tersebut. Ia mungkin juga merasa bahwa dirinya akan menyesal jika saja tidak ikut berdonasi. Kualitas prososial seperti ini dijumpai pada sebagian kecil siswa sekolah dasar di tahun akhir dan mayoritas siswa di sekolah menengah.

Tahap 4b – Tahapan transisi. Pada tahap ini, pengambilan keputusan anak untuk menolong atau tidak menolong orang lain didasari atas pertimbangan yang panjang, yang melibatkan nilai-nilai moralitas yang dianutnya, norma dan tanggung jawab sosial, serta dorongan untuk mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik. Salah satu contohnya seperti anak yang menolak memberikan contekan kepada temannya saat ujian karena baginya hal tersebut menyalahi nilai-nilai kejujuran. Dalam kasus ini, meskipun anak tersebut menolak untuk menolong temannya, namun keputusannya itu dilandasi oleh kesadarannya atas nilai moral dan tanggung jawab sosial yang dia miliki sebagai pelajar. Kualitas prososial seperti ini ditemukan pada sebagian kecil siswa sekolah menengah dan mereka yang berasal dari kelompok usia yang lebih tua lagi.

Tahap 5 – Berorientasi pada nilai-nilai moral yang telah terinternalisasi dalam diri. Pada tahap ini, pertimbangan anak untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku prososial dipengaruhi oleh berbagai prinsip sebagaimana yang telah disebutkan pada Tahap 4b. Hanya saja pada tahap ini, prinsip-prinsip tersebut telah terinternalisasi secara lebih jauh ke dalam kepribadian anak tersebut. Tahap ini umumnya ditemukan pada sebagian kecil siswa di sekolah menengah dan tidak pernah ditemukan pada anak usia sekolah dasar.

Liputan Kegiatan: Intensive Course on Multimethod and Mixed Research

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Friday, 26 February 2021

Pada hari Senin 15 Februari 2021 hingga Rabu 17 Februari 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan “Intensive Course on Multimethod and Mixed Research” yang berlangsung selama tiga hari dan terbagi ke dalam enam sesi. Acara ini dipandu oleh tiga orang MC/Moderator yaitu Nida Khairunnisaa, S.Psi di hari pertama, Immatulfathina Purifiedriyaningrum, S.Psi di hari kedua, serta Ribka Mutiara Simatupang, S.Psi di hari ketiga. Peserta terdiri dari mahasiswa S3/Doktor Fakultas Psikologi UGM dan juga kalangan umum yang meliputi dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia.⁣

Hari Pertama

Sebelum kursus dimulai, Elga Andriana, M.Ed., Ph.D selaku Kepala CLSD secara resmi membuka acara ini. Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi sesi pertama (pukul 08.00 – 10.00 WIB) oleh Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D yang membawakan materi dengan tema Multimethod Research: an Overview. Di awal sesi penyampaian materi, Pradytia menjelaskan mengenai pengertian dan perbedaan antara mixed method dengan multimethod design. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan mengenai kapan pendekatan multimethod dapat diaplikasikan dalam sebuah penelitian serta kekuatan dan kelemahan dari metode tersebut. Pradytia turut membacakan sebuah kutipan dari Hesse-Biber & Johnson yang berbunyi: All research is rooted in a point of view, and being conscious of this focus is critical to understanding researchers’ methodological choices.

Setelah jeda sejenak, kursus berlanjut menuju sesi kedua pada pukul 10.15 – 12.15 WIB. Masih dengan narasumber yang sama, Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D memaparkan materi di sesi kedua dengan fokus utama pada Design and Data Collection in Multimethod Research. Pradytia menjelaskan mengenai tingkatan dan jenis multimethod design dalam penelitian beliau yang berjudul: Rising to a New Role: Disabled People’s Organisations as Leaders of Disability-Inclusive Disaster Risk Reduction in Indonesia. Di tengah sesi, peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap-tiap kelompok tersebut diberikan studi kasus yang berbeda. Masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan studi kasus lalu merumuskan a) Pertanyaan penelitian, b) Scope dan desain penelitian multimethod, serta c) Sumber daya yang diperlukan (waktu, dana, sdm, rencana kolaborasi). Selanjutnya, beberapa perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusinya sehingga terjalin diskusi yang hangat antara peserta dengan narasumber.

Hari Kedua

Kursus intensif hari kedua yang diselenggarakan pada Selasa, 16 Februari 2021 terdiri dari dua sesi. Sesi ketiga dengan topik Data Analysis and Interpretation in Multimethod Research disampaikan oleh Pradytia Putri Pertiwi, Ph.D pada pukul 08.00 – 10.00 WIB. Salah satu topik utama yang disampaikan oleh Pradytia adalah mengenai integration techniques, yaitu teknik-teknik dalam mengintegrasikan data yang terdiri dari triangulation, following a thread, mixed method matrix, dan theoretical interpretation. Melanjutkan sesi diskusi kelompok pada hari sebelumnya, di sesi ini kelompok-kelompok tersebut juga diminta untuk mendiskusikan beberapa hal mengenai theoretical drive, jenis data yang didapatkan dalam penelitian tersebut, serta langkah dan teknik integrasi yang dapat dilakukan. Sesi ketiga diakhiri dengan diskusi yang menarik dari para peserta dan narasumber.

Sesaat setelah jeda istirahat, kursus berlanjut menuju sesi selanjutnya pada pukul 10.15 – 12.15 WIB. Sesi keempat dengan topik Mixed Method Research: an Overview disampaikan oleh Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si. Avin menjelaskan secara detail mengenai definisi dan sejarah munculnya istilah mixed methods atau metode campuran. Menjawab pertanyaan mengapa mixed method atau metode campuran dilakukan, beliau menyampaikan bahwa metode ini lebih dari sekedar angka, lebih dari sekedar kata-kata, dan bahwa kombinasi angka dan kata menjadi hal yang sangat penting. Di akhir sesi, beliau melakukan sharing session atau berbagi pengalaman penelitian menggunakan mixed method yang telah beliau lakukan pada tahun 2017 dengan judul The Development of Online Friendship Scale.

Hari Ketiga

Intensive Course on Multimethod and Mixed Research berlanjut hingga hari Rabu, 17 Februari 2021 pukul 08.00 – 10.00 WIB untuk sesi kelima dan pukul 10.15 – 12.15 WIB untuk sesi keenam. Sesi kelima dengan topik Design and Data Collection in Mixed Method Research disampaikan oleh Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D⁣. Beliau menjelaskan beberapa desain-desain mayor mixed method, di antaranya adalah convergent mixed-methods design, explanatory sequential mixed-methods design, dan exploratory sequential mixed-methods design yang mana masing-masing desain memiliki karakteristik dan tujuannya sendiri. Pada akhir sesi kelima, diadakan diskusi kelompok selama tiga puluh menit. Pada tiap-tiap kelompok, disajikan studi kasus yang berbeda-beda lalu peserta diminta untuk mendiskusikan pertanyaan penelitian, scope dan desain penelitian, serta sumber daya yang diperlukan. Sesi keempat ini ditutup dengan diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Setelah jeda istirahat, sesi kelima dimulai kembali dengan narasumber Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si dan Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D⁣ yang berkolaborasi membawakan materi bertema Data Analysis and Interpretation in Mixed Method Research. Avin memaparkan mengenai teknik interpretasi triangulasi yang terdiri dari convergence, complementarity, dan discrepancy. Setelah itu, Edilburga menjelaskan mengenai integrasi data penelitian dengan mengungkap: Why integrate? What to integrate? When to integrate? How to integrate? Selain itu, beliau juga membagikan pengalaman penelitiannya dalam menggunakan desain mixed method dengan judul Understanding Indonesian Primary School Teachers’ Social-Emotional Practice. Sesi keenam diakhiri dengan tanya jawab dan diskusi yang menarik antara peserta dengan narasumber.

Penutup

Intensive Course on Multi Method and Mixed Research yang berlangsung selama tiga hari telah berjalan dengan lancar. Melalui kursus intensif ini, diharapkan seluruh peserta memperoleh ilmu, wawasan, dan inspirasi baru mengenai metode penelitian multimethod dan mixed method di bidang penelitian psikologi. Sampai bertemu di acara CLSD selanjutnya. (SNH/CLSD).

Liputan Kegiatan: Semiloka Etika Penelitian dengan Partisipan Anak

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Wednesday, 10 February 2021

Pada hari Kamis 4 Februari 2021, Center for Life-Span Development (CLSD) kembali berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Semiloka: Etika Penelitian dengan Partisipan Anak secara daring melalui Zoom Meeting. Semiloka yang berlangsung selama satu hari dan terbagi menjadi dua sesi ini dipandu oleh Diah Dinar Utami, S.Psi sebagai MC/Moderator. ⁣Dalam pelaksanaannya, peserta semiloka terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM, peneliti perkembangan anak, mahasiswa, guru, hingga praktisi pendidikan. 

Sesi Pertama

Semiloka sesi pertama diisi dengan pemaparan materi oleh T. Novi Poespita Candra, M.Si., Ph.D yang berlangsung sejak pukul 08.00 – 10.00 WIB. Materi yang disampaikan memiliki tema: Tantangan Metodologis dan Etis Penelitian dengan Anak dan selanjutnya dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab interaktif dengan peserta. Novi menerangkan topik-topik seperti alasan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan riset dengan melibatkan anak-anak. Selain itu, beliau juga menjelaskan macam-macam desain penelitian yang dapat dilakukan, informed consent dan tiga prinsip utama dalam penelitian yang melibatkan anak-anak, pelaksanaan payment and compensation pada proses riset, privacy and confidentiality, serta contoh konkret dari riset yang telah dilakukan sebelumnya.

Sesi Kedua

Selanjutnya, semiloka sesi kedua diisi dengan pemaparan materi oleh Elga Andriana, M.Ed., Ph.D yang berlangsung mulai pukul 10.00 – 12.00 WIB. Elga membawakan materi dengan tema: Penelitian Melibatkan Anak yang Etis dan Inklusif. Materi yang menitikberatkan fokus pada anak dengan disabilitas ini menerangkan prinsip dasar etika penelitian yang melibatkan anak dengan disabilitas, isu seputar etika penelitian yang melibatkan anak dengan disabilitas, dan adaptasi yang bisa peneliti lakukan untuk memenuhi kebutuhan partisipan anak dengan disabilitas dalam penelitian. Beliau turut memaparkan penelitiannya bersama Professor David Evans yang berjudul Mendengarkan Suara Anak: Pengalaman Siswa tentang Pendidikan Inklusif (Hearing Voices: Children’s Experiences of Inclusion). Beberapa pertanyaan terkait studi kasus juga dilontarkan oleh peserta sehingga terjadi diskusi dan tanya jawab yang interaktif. 

Penutup

Melalui semiloka ini, diharapkan peserta memperoleh ilmu, ide, serta inspirasi mengenai penelitian dengan keterlibatan anak yang telah disampaikan para ahli di bidangnya. Sampai bertemu di acara CLSD selanjutnya. (SRP & DAR/CLSD).

Liputan Kegiatan: Kursus Metode Penelitian Naratif

ArtikelArtikel Liputan KegiatanEvent Friday, 18 December 2020

Center for Life-Span Development (CLSD) berkolaborasi dengan Program Studi Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan “Kursus Metode Penelitian Naratif” yang berlangsung selama dua hari dan terbagi ke dalam tujuh sesi. Berlangsung sejak hari Jumat, 4 Desember 2020 hingga Sabtu, 5 Desember 2020, acara ini dipandu oleh MC/Moderator yaitu Salma Nur Hanifah, S.Psi dengan peserta yang terdiri dari mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM dan juga kalangan umum meliputi dosen, peneliti, akademisi, hingga praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia.

Hari Pertama

Agenda kursus pada hari pertama meliputi pengantar, penjelasan teori dan desain, metode pengumpulan data, pendekatan analisis, serta presentasi. Di hari pertama, kursus dimulai pukul 08.00 WIB dan dibuka oleh pemaparan materi dari Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D., Psikolog, yang membahas materi dengan tema Sejarah dan Perkembangan Penelitian Naratif. Pada pukul 09.00 hingga 11.00 WIB, sesi kedua dilanjutkan dengan pendalaman topik Teori dan Desain Penelitian Naratif lebih lanjut yang dibawakan oleh Made Diah Lestari, Ph.D (Cand). Masih dengan narasumber yang sama, sesi ketiga beralih pada pembahasan Metode dan Praktik Pengumpulan Data Naratif hingga akhirnya ditutup dengan sesi keempat oleh Edilburga kembali dengan topik Rancangan Penelitian Naratif yang berlangsung hingga pukul 16.00 WIB. Isi keseluruhan pada kursus hari pertama masih berfokus pada apa yang menjadi dasar-dasar penelitian naratif mulai dari sejarah, pengertian, fungsi, ragam pendekatan, contoh topik, data, dan analisis, serta dilengkapi dengan sharing pengalaman pribadi oleh narasumber mengenai pengerjaan Tesis S3 beliau. Penyampaian tema-tema kursus pada hari pertama ini bertujuan untuk memberi pemahaman secara umum sehingga diharapkan peserta dapat mengikuti rangkaian kursus dengan baik sebelum memasuki topik selanjutnya.

Hari Kedua

Berlanjut di hari kedua pada Sabtu 5 Desember 2021, Dr. Bagus Takwin, M.Hum yang bertindak selaku pembicara memulai sesi kelima pada pukul 08.00 – 10.00 WIB dengan membawakan topik Beragam Pendekatan dan Praktik Hasil Penelitian Naratif. Beliau melanjutkan pembahasan mengenai salah satu pendekatan yang biasanya berfokus pada kehidupan individu ini dengan topik Penyajian Hasil Penelitian Naratif pada sesi keenam yang berlangsung pada pukul 10.00 – 12.00 WIB. Sesi kelima dan keenam tersebut diakhiri dengan tanya jawab dan diskusi yang interaktif antara peserta dengan narasumber.

Di penghujung kursus yaitu sesi ketujuh sebagai rangkaian terakhir dari kursus naratif ini, beragendakan Presentasi Rancangan Penelitian Naratif yang dipandu oleh Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D. Pada sesi terakhir yang berlangsung pada pukul 13.00 – 15.00 WIB, sejumlah peserta kursus dipersilakan untuk mempresentasikan hasil rancangan penelitian naratif masing-masing yang mencakup latar belakang, teori yang digunakan, serta metode penelitian. Para peserta dan narasumber turut memberikan apresiasi, saran, dan masukan pada sejumlah peserta yang telah mempresentasikan hasil rancangan penelitian naratifnya.

Penutup

Kegiatan Kursus Metode Penelitian Naratif telah berlangsung dengan lancar dan secara resmi ditutup oleh Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Program Studi S3 di penghujung acara. Melalui kursus penelitian naratif ini, diharapkan peserta memperoleh ilmu, wawasan, dan inspirasi mulai dari desain, metode, rancangan, hingga penyajian hasil penelitian naratif khususnya di bidang penelitian psikologi. Sampai bertemu di acara CLSD selanjutnya. (SRP & DAR/CLSD).

1…8910

Recent Posts

  • Sedang Mengalami Life Crisis? Yuk, Terapkan Strategi Ini!
  • “Mencari Bantuan Bukan Berarti Lemah”: Pentingnya Help-Seeking Behavior pada Masa Remaja
  • Petak Umpet: Permainan Tradisional yang dapat Membangun Keterampilan Sosioemosional Anak Usia Dini
  • Mendidik Anak dengan Bahasa Cinta
  • Eco-Conscious Parenting: Menumbuhkan Praktik Berkelanjutan pada Perkembangan Anak
Universitas Gadjah Mada

Center for Life-Span Development (CLSD)
D-602, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada
Jalan Sosio Humaniora Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281
clsd.psikologi@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju