
Pada 6 Oktober 2025, Christopher Florensco Raditya Setadewa, atau akrab disapa Seto, intern di Center for Life-span Development (CLSD) Fakultas Psikologi UGM, bersama Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., Ph.D., mendapatkan kesempatan berharga untuk mempresentasikan pengalaman dan hasil pembelajaran dari program mobilitas internasional di University of Sydney, Australia. Kegiatan ini diselenggarakan dalam forum diskusi bersama kelompok riset dari University of Melbourne yang dipimpin oleh Dr Annie Gowing.
Di kesempatan yang sama, Rema Vara Indry Dubu, salah satu alumni Fakultas Psikologi UGM, juga turut berbagi hasil penelitian tesisnya berjudul “Kesehatan Mental Remaja dengan HIV Perinatal: Studi Photovoice”, yang menggambarkan realitas psikologis dan sosial kelompok remaja dengan HIV perinatal di Indonesia.
Belajar tentang Kesempatan dan Inklusi di University of Sydney
Pada sesi pertama, Christopher Florensco Raditya Setadewa, atau akrab disapa Seto membagikan kisah inspiratifnya selama mengikuti kegiatan Uni2Beyond di the University of Sydney, sebuah program yang mendukung partisipasi mahasiswa dengan disabilitas intelektual di lingkungan kampus. Seto menyiapkan presentasinya menggunakan prinsip co-design dan easy read yang ia kembangkan bersama Ibu Elga Andriana dan mentor Mlathi Anggayuh Jati, mahasiswa Master of Education di University of New South Wales (UNSW).
Seto menceritakan kebahagiaannya dalam berinteraksi dengan teman-teman baru dan menyaksikan bagaimana setiap individu, termasuk mereka dengan disabilitas, memiliki kesempatan yang sama untuk berkuliah, bekerja, dan berkarya sesuai dengan minat serta kemampuannya. “Setelah kembali ke Indonesia, saya ingin bisa ikut seminar-seminar dan membagikan pengalaman saya, supaya bisa memotivasi orang dengan disabilitas di sini,” ujar Seto dengan semangat.
Dalam sesi tanya jawab, Seto juga menekankan pentingnya membangun relasi personal di tempat kerja yang inklusif. “Kalau orang ingin bekerja dengan orang dengan disabilitas intelektual, harus belajar untuk dekat dan berteman. Jadi tidak hanya bekerja saja, karena kalau berteman itu kan jadi senang,” tambahnya. Sementara itu, Dr. Annie Gowing menyoroti bahwa pengalaman Seto mencerminkan penerapan cara pandang yang berfokus pada kekuatan individu (strength-based view), yang idealnya menjadi dasar dalam setiap aspek kehidupan sosial dan profesional.
Membuka Ruang Dialog tentang Kesejahteraan Psikologis Remaja dengan HIV Perinatal

Tidak kalah menarik, pada sesi berikutnya Rema Vara Indry Dubu memaparkan proses dan hasil penelitiannya mengenai kesejahteraan psikologis remaja dengan HIV perinatal. Melalui pendekatan Photovoice, penelitian ini memberikan ruang bagi para remaja untuk menyuarakan pengalaman hidup mereka secara langsung.
Rema menyampaikan bahwa isu kesejahteraan psikologis pada kelompok remaja ini masih jarang dieksplorasi, sehingga sering kali luput dari perhatian. “Melalui penelitian ini, saya berharap semakin banyak pihak yang mulai memperhatikan isu ini dan menciptakan program yang dapat mendukung kesejahteraan psikologis remaja dengan perinatal HIV,” jelasnya.
Menumbuhkan Kolaborasi dan Pertukaran Pengetahuan
Forum diskusi ini menjadi ajang penting untuk mempererat kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada dan University of Melbourne, serta memperluas wawasan tentang pembelajaran dan riset lintas budaya. Kegiatan ini tidak hanya membuka ruang berbagi pengalaman akademik, tetapi juga memperkuat komitmen kedua institusi dalam mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif, kolaboratif, dan berdampak sosial.
Ke depan, CLSD berharap program dan forum serupa dapat terus dilaksanakan untuk mendukung pertukaran ilmu pengetahuan dan memperkuat jejaring global dalam bidang psikologi dan pengembangan manusia sepanjang hayat.

