Penulis: Nur Nisrina Hanif Rifda
Penyunting: Sukmo Bayu Suryo Buwono
Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki kebutuhan untuk ingin diakui dan diterima oleh sekelilingnya. Adanya kebutuhan untuk diakui membuat manusia berusaha untuk melakukan pemenuhan terhadap tujuan tersebut. Meski demikian, upaya pemenuhan yang dilakukan tidak selalu positif, bahkan terkadang dapat memunculkan adanya persaingan antarmanusia.
Persaingan dapat terjadi pada siapa saja, termasuk antar sesama saudara kandung. Di satu sisi, kehadiran saudara kandung tentu dapat membuat anak tidak merasa kesepian, tetapi di sisi lain juga tidak jarang memunculkan persaingan atau pertengkaran. Fenomena persaingan dengan saudara kandung disebut sebagai sibling rivalry (Kastenbaum, dalam Oktaviani & Tentama, 2019). Dari sudut pandang psikologi, fenomena sibling rivalry tidak selalu bersifat negatif. Ketika persaingan saudara kandung dikelola secara tepat, ia dapat difungsikan sebagai medium stimulasi kemampuan sosial, interpersonal, dan kognitif yang penting bagi perkembangan anak hingga masa dewasa–alih-alih menimbulkan berbagai permasalahan psikologis.
Pengelolaan dan pencegahan terhadap sibling rivalry perlu dilakukan karena dampak negatif dari persaingan yang berlebihan dapat bertahan hingga anak tumbuh dewasa. Studi terdahulu menemukan bahwa sibling rivalry dapat memunculkan sifat agresi, tantrum, emosi yang meledak-ledak, gangguan kepercayaan diri, hingga dendam terhadap saudara kandung (Putri dkk., 2013). Karakter maladaptif dapat mendorong anak enggan berbagi ataupun membantu sesama, bahkan hingga menjadikannya cenderung bersikap dominan. Kondisi ini tentu dapat membahayakan hubungan persaudaraan, terlebih ketika orang tua sudah meninggal dunia (Marhamah & Fidesrinur, 2019).
Mengasuh anak tentu bukan pekerjaan mudah, terlebih untuk membagi kasih dan menyeimbangkan bentuk pengasuhan antaranak. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami cara mengelola sibling rivalry secara sehat dan tepat. Di bawah ini adalah sejumlah tips untuk melakukannya.
Kenali penyebab pertengkaran anak
Setiap anak memiliki penyebab pertengkaran yang berbeda-beda dengan saudaranya. Orang tua perlu mengamati perilaku anak secara lebih detail untuk dapat mengetahui karakteristik setiap anak. Ketika anak bertengkar dengan saudaranya, orang tua dapat mencoba untuk turut memahami penyebab pertengkaran tersebut (Stephens, 2007). Dengan memahami penyebab pertengkaran dari sudut pandang anak, orang tua dapat lebih mudah menentukan langkah preventif untuk mencegah terjadinya pertengkaran yang berulang.
Jadi contoh yang baik untuk anak
Anak merupakan seorang peniru yang andal. Ketika mengeksplorasi sekitar, anak akan turut menyerap berbagai informasi, termasuk meniru cara untuk bertindak dalam menyikapi sesuatu. Kondisi ini juga dapat berlaku dalam konteks penanganan sibling rivalry. Orang tua dapat berperan dalam memberikan teladan yang baik bagi anak melalui upaya-upaya manajemen konflik secara bijak, seperti menunjukkan sikap mau berbagi dengan anak atau menerapkan budaya berani meminta maaf.
Jaga keseimbangan waktu bagi setiap anak
Orang tua tidak perlu khawatir apabila harus membagi waktu antara pekerjaan dengan quality time bersama anak, karena salah satu hal yang ditekankan saat menjalani quality time bersama anak adalah tentang kualitas, bukan kuantitas. Orang tua dapat mengajak anak untuk bersama- sama terlibat dalam aktivitas sebagai bentuk quality time, seperti memasak, membersihkan rumah, atau menemani anak melakukan hobi.
Terdapat empat jenis waktu dasar yang dapat menjadi patokan bagi orang tua untuk menyeimbangkan waktu bagi setiap anak, yaitu (Guryan dkk., 2008):
- Basic, yaitu waktu untuk kebutuhan dasar anak, seperti menyusui, menidurkan,
menyiapkan makanan, atau membantu anak berdandan. - Educational, seperti kegiatan menemani anak mengerjakan PR, membaca buku untuk anak, atau menghadiri kegiatan anak di sekolah.
- Recreational, seperti bermain bersama anak atau pergi bertamasya bersama.
- Travel, seperti mengantar anak pergi ke sekolah, mengantar anak ke dokter, atau kegiatan lain yang berkaitan dengan tiga jenis waktu lainnya.
Fokus pada kelebihan masing-masing
Orang tua perlu mengembangkan mindset bahwa setiap anak terlahir dengan bakat istimewa yang berbeda-beda. Terkadang, salah satu hal yang dapat memicu timbulnya sibling rivalry adalah sikap favoritisme orang tua terhadap anak tertentu. Orang tua, entah secara sadar maupun tidak sadar, kerap melakukan perbandingan antara kemampuan anak dengan saudaranya. Untuk menghindari dampak negatif sibling rivalry, orang tua perlu lebih mengenal dan berfokus pada eksplorasi minat dan bakat dari masing-masing anak (Government of South Australia, 2015). Orang tua dapat mendukung anak untuk mengembangkan diri sesuai minatnya dengan menanamkan bahwa setiap anak dapat berkarya melalui bidang masing-masing. Orang tua juga dapat memberikan apresiasi sesuai dengan kemampuan masing-masing anak tanpa membandingkan anak dengan saudaranya.
Berikan privasi dan kepemilikan anak atas barangnya
Terkadang, orang tua ingin mengajarkan tentang konsep berbagi kepada anak dengan membiasakan mereka berbagi mainan dengan saudaranya. Akan tetapi, hal tersebut kurang tepat apabila dilakukan terus-menerus. Orang tua perlu memberikan privasi dan membuat anak merasa memiliki barangnya sendiri (Government of South Australia, 2015). Dengan demikian, anak dapat menurunkan intensitas kecemburuan yang muncul akibat adanya keharusan dan keterpaksaan untuk berbagi dengan saudaranya.
Pengelolaan sibling rivalry tentu tidak mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, orang tua tentu dapat belajar dan mengembangkan strategi untuk menyikapi kondisi tersebut demi menjaga keharmonisan hubungan anak dengan saudara kandung. Ayah dan ibu dapat saling bantu dan berkoordinasi untuk menghindarkan anak dari dampak negatif sibling rivalry. Orang tua juga dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog untuk menemukan cara paling sesuai dalam memberikan pengasuhan kepada anak.
Referensi
- Government of South Australia (2015). Sibling rivalry. Retrieved July 3, 2022 from
https://parenting.sa.gov.au/pegs/peg27.pdf - Guryan, J., Hurst, E., & Kearney, M. S. (2008). Parental education and parental time with
children. Journal of Economic Perspectives, 22(13993).
https://doi.org/10.1257/jep.22.3.23 - Marhamah, A. A., & Fidesrinur (2019). Gambaran strategi orang tua dalam penanganan
fenomena sibling rivalry pada anak usia pra sekolah. Jurnal AUDHI, 2(1), 30-36.
https://doi.org/10.36722/jaudhi.v2i1.578 - Oktaviani, F., & Tentama, F. (2019). The construct of validity sibling rivalry: Confirmatory
factor analysis second order in the science of sibling rivalry. International Journal of
Scientific & Technology Research, 8(12), 3737-3742.
http://eprints.uad.ac.id/20090/1/The-Construct-Of-Validity-Sibling-Rivalry.pdf - Putri, A. C. T., Deliana, S. M., & Hendriyani, R. (2013). Dampak sibling rivalry (persaingan
saudara kandung) pada anak usia dini. Developmental and Clinical Psychology, 2(1), 33-37 http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/18553 - Stephens, K. (2007). Sibling rivalry: ways to help children manage it. Parenting Exchange.
Retrieved July 3, 2022 from https://www.easternflorida.edu/community-resources/child-
development-centers/parent-resource-library/documents/sibling-rivalry.pdf