Liputan Kegiatan Summer Course Module 4: Collaborative Disability and Lifespan Development Research in Multicultural Setting
Berkolaborasi dengan ahli studi disabilitas Indonesia dan internasional, summer course bertema International Online Summer Course on Disability and Lifespan Development: Indonesia and Global Perspectives bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran kritis dalam menganalisis dan memahami hambatan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas, serta mendorong pertukaran ilmu pengetahuan, diskusi, sekaligus membangun koneksi antara ilmuwan muda dan ahli-ahli berpengalaman di ranah penelitian disabilitas yang diharapkan mampu menginspirasi penelitian baru dan implementasinya di dunia nyata. Kursus musim panas ini merupakan summer course pertama yang diselenggarakan oleh Center for Life-Span Development (CLSD), Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.
Lecture #13 yang merupakan sesi pertama pada modul keempat bertajuk Disability and Family diselenggarakan pada hari Kamis, 16 September 2021 pukul 17.00 – 19. 00 WIB dan disampaikan oleh Prof. Gwynnyth Llewellyn dari The University of Sydney. Prof. Llewellyn menjelaskan mengenai peran keluarga dan disabilitas, di mana keluarga berada di pusat tatanan sosial komunitas dan masyarakat secara lebih luas. Menurut beliau, keluarga memberikan makna pribadi, rasa identitas dan hubungan dalam keluarga serta keterhubungan di luar keluarga dengan masyarakat luas. Banyak faktor–entah itu pribadi, sosial, ekonomi, budaya–mempengaruhi bagaimana pengalaman suatu keluarga yang memiliki anggota keluarga yang merupakan penyandang disabilitas. Dalam kuliah ini, Prof. Llewellyn berbicara tentang konsep keluarga dalam struktur masyarakat dan budaya yang berbeda di berbagai tingkatan; wawasan dari penelitian perkembangan dalam setting multikultural tentang kehidupan keluarga dengan anak dan remaja penyandang disabilitas: serta wawasan dari kolaborasi penelitian internasional mengenai kepala keluarga sebagai orang tua penyandang disabilitas. Selain itu, sebagai ahli terkemuka dalam topik ini, Prof. Llewellyn menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan penelitian dengan landasan teoritis dan empiris yang kuat, dan memberikan contoh bagaimana penelitian ini dapat diterapkan dalam kebijakan dan praktik.
Lecture #14 yang bertajuk Disability-inclusive Disaster Risk and Children with Disabilities dilaksanakan pada hari Kamis, 21 September 2021 pada pukul 17.00 – 19.00 WIB dengan penyampaian materi oleh Prof. Laura Stough dari Texas A&M University (United States of America). Prof. Stough menjelaskan bahwa banyak penelitian kolektif yang menetapkan bahwa bencana mempengaruhi penyandang disabilitas baik secara negatif maupun merugikan penyandang disabilitas dengan banyak cara. Penelitian yang relevan melintasi berbagai fokus disiplin ilmu seperti psikologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, kesehatan mental, studi disabilitas, dan studi bencana. Namun, melakukan penelitian di persimpangan disabilitas dan bencana mengungkap sejumlah tantangan dan hambatan, serta mencerminkan asumsi epistemologis yang berbeda dan pengetahuan yang beragam tentang disabilitas. Organisasi yang berafiliasi dengan disabilitas berperan penting dalam mendukung dan bekerja sama dengan individu dan lembaga menuju pengurangan risiko bencana. Elemen penting dalam mereformasi praktik manajemen darurat adalah memastikan penyandang disabilitas dapat menjadi peserta aktif dalam kesiapsiagaan mereka sendiri, pengurangan risiko bencana, tanggap bencana, serta pemulihan bencana. Dalam kuliah ini, Prof. Stough mengajak partisipan untuk mengeksplorasi penelitian dan praktik di persimpangan disabilitas dan bencana, termasuk konsepsi (dis)ability dan (dis)aster.
Pada minggu berikutnya, Lecture #15 berjudul Universal Design for Learning in School Setting disampaikan oleh Prof. David Evans dari The University of Sydney, Australia pada Rabu, 29 September 2021 pukul 16:00 – 18:00 WIB. Prof. Evans menjelaskan tentang bagaimana komunitas global bekerja untuk memastikan semua anak dan remaja memiliki akses, dapat berpartisipasi, dan belajar dari pendidikan inklusif yang berkualitas. Seperti apakah pendidikan inklusif yang berkualitas? Berdasarkan penjelasan Prof. Evans, pendidikan inklusif yang berkualitas adalah pendidikan yang mendukung masing-masing dari 17 Sustainable Development Goals dan merupakan dasar untuk mempromosikan kesetaraan dan kohesi sosial di semua lapisan masyarakat. Namun, mencapai pendidikan inklusif yang berkualitas di berbagai negara ternyata menimbulkan tantangan besar, dan penyandang disabilitas terus mendapatkan diskriminasi atau tindakan pengucilan pada tingkat yang berbeda-beda.
Dalam kuliah ini, Prof. Evans membahas desain universal untuk kerangka pembelajaran– sebuah kerangka kerja yang berusaha menghilangkan hambatan dalam konteks pendidikan, dan dengan demikian dapat memberikan dasar bagi pendidikan inklusif yang berkualitas. Kuliah disampaikan menggunakan konteks pendidikan di Australia sebagai dasar untuk menguraikan jalan ke depan untuk mempromosikan akses dan partisipasi yang lebih besar bagi semua pelajar. Hal ini akan menimbulkan dilema berkelanjutan yang dihadapi dalam konteks ini, dan menarik kesejajaran dengan konteks regional lainnya. Pada kuliahnya, Prof. Evans memberikan ide dan saran untuk mengatasi tantangan, hambatan dan dilema melalui mempromosikan kekuatan desain universal untuk kerangka pembelajaran. Dalam mempelajari kerangka desain universal ini, bukan berarti akan ada perbaikan ajaib instan yang dijanjikan; para delegasi, bagaimanapun, ditantang untuk mengatasi keyakinan, sikap dan disposisi mereka terhadap pendidikan inklusif yang berkualitas.
Selanjutnya, Lecture #16 yang berjudul The Lesson Learned from Social Participation of Students with Learning Disabilities in Malaysia disampaikan oleh Dr. Hasrul Hosshan dari Sultan Idris Education University, Malaysia pada Selasa, 28 September 2021, puku; 17:00 – 19:00 WIB. Pada kuliahnya, Dr. Hosshan menjelaskan bahwa partisipasi sosial merupakan salah satu indikator kunci dari hasil sekolah inklusif. Penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan learning disability/LD di kelas cenderung mengalami partisipasi sosial yang lebih sedikit daripada teman sebayanya yang tidak memiliki LD. Pemahaman tentang pentingnya partisipasi sosial dalam mendukung siswa dengan LD diharapkan dapat meningkatkan rasa memiliki siswa terhadap sekolah, berkembangnya tingkat penerimaan, serta mengurangi ketakutan akan kegagalan dan meningkatkan kesuksesan mereka. Pada kuliah ini, Dr. Hosshan juga mendemonstrasikan tahapan evaluasi pendidikan inklusif dari model Input-Processes-Outcomes (IPO). Partisipan diajak untuk mencari tahu lebih dalam tentang apa itu model IPO serta bagaimana cara menggunakannya secara efektif pada siswa dengan berbagai tingkat kemampuan dan siswa yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Dr. Hosshan juga mendemonstrasikan tentang bagaimana mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi mengenai tingkat dukungan yang dibutuhkan ketika mendukung siswa dengan LD. Partisipan juga diberikan contoh yang menjelaskan berbagai jenis partisipasi sosial dan bagaimana siswa harus didukung pada setiap tahap model IPO dari perspektif-perspektif kerangka sosio-ekologis.
Lecture #17 sekaligus kuliah terakhir pada modul keempat ini berjudul Intersecting Discourses of Difference, Curriculum, Pedagogy and Assessment: The Implications for Disabled People, Their Families and Their Teachers dan disampaikan oleh Prof. Missy Morton dari The University of Auckland, New Zealand pada Kamis, 30 September 2021 pukul 13:00 – 15:00 WIB. Pada sesi ini, Prof. Morton membantu partisipan menerapkan kerangka teoritis dari psikologi kritis yaitu konstruksi sosial diskursus dan wacana. Pada kuliahnya, Prof. Morton menggunakan ide-ide dari konstruksionisme sosial untuk melihat bagaimana wacana (gagasan, keyakinan, nilai, dan praktik yang saling terkait) dikonstruksi dari aspek sosial. Beliau berfokus pada penjelasan diskursus perbedaan, kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang dibangun secara sosial. Pada kuliah ini, partisipan diajak untuk melihat bagaimana perbedaan makna yang dibangun secara sosial dapat membuka beberapa kemungkinan untuk mencapai inklusivitas yang diharapkan. Proses, makna, dan efek ini diilustrasikan melalui proyek sepuluh tahun di sekolah dasar dan menengah Selandia Baru yang telah dikembangkan dengan asesmen naratif.
(SRP CLSD)