Ditulis oleh: Putri Pristine & Arum Febriani
Terlahir di era digital membuat para orang tua milenial begitu dekat dengan teknologi dalam mengasuh anak. Pesatnya perkembangan teknologi, yang bisa dilihat dari model-model gadget canggih terbaru yang muncul di perdagangan elektronik, sangat memudahkan orang tua milenial untuk mengakses berbagai informasi dari internet. Tidak sedikit orang tua milenial yang mengandalkan internet sebagai sumber informasi terkait parenting. Ketika bingung kenapa anak sulit makan, bagaimana cara mengajarkan toilet training, atau apa rekomendasi botol susu terbaik, mungkin orangtua milenial lebih dulu bertanya pada Google dibandingkan pada orangtua, dokter anak, atau orang lain yang kompeten dan berpengalaman. Hal ini tentulah sangat berbeda dengan orang tua generasi sebelumnya yang belum terekspos dengan kecanggihan teknologi dan internet.
Hasil riset pada orang tua milenial di Indonesia, khususnya ibu menunjukkan bahwa 55,40% orang tua milenial mencari informasi parenting melalui internet, 14% melalui buku, 13,80% melalui seminar, 15,40% melalui keluarga, dan 1,40% melalui tetangga. Melalui perantara internet, para orang tua ini mengakses informasi melalui media sosial, website parenting, blog, maupun artikel dan jurnal online. Riset tersebut juga menunjukkan bahwa 66,78% orang tua milenial menggunakan media sosial (1).
Informasi yang umumnya dicari oleh orang tua milenial cukup bervariasi. Topik yang umumnya dicari oleh orang tua beragam sesuai dengan kelompok usia anaknya dan meliputi kesehatan, rencana sekolah, dan pola asuh anak. Informasi lain adalah terkait merawat bayi dalam kandungan, persiapan untuk melahirkan, informasi yang berhubungan dengan diagnosa kesehatan, perilaku anak, dan tips-tips pola asuh yang baik dalam mendidik anak (2).
Ada beberapa alasan mengapa orangtua milenial mengandalkan internet sebagai sumber informasi parenting (3,4,5) :
• Pertama, informasi bisa dengan cepat diakses dan tidak memerlukan waktu yang lama. Orang tua tidak perlu menggunakan waktunya untuk pergi mengunjungi psikolog untuk berkonsultasi mengenai perkembangan anaknya.
• Kedua, informasi di internet sangat beragam dengan permasalahan-permasalahan parenting yang muncul di masyarakat. Informasi apapun yang dibutuhkan oleh orangtua rasanya bisa ditemukan dengan mudah di internet.
• Ketiga, biaya yang dibutuhkan relatif murah. Orang tua tidak harus membayar banyak dibandingkan jika harus pergi ke dokter, membeli buku, atau datang ke seminar parenting.
• Keempat, internet memudahkan orang tua untuk bertukar informasi dengan orang tua lain. Dengan saling bertukar pengalaman, orang tua merasa dapat dukungan, tidak merasa sendiri dan tidak menjadi stress karena merasa dimengerti oleh orang lain. Mereka juga tidak merasa malu untuk bertanya secara langsung karena mereka bisa menyembunyikan identitas mereka (anonim).
Namun, meski memberikan banyak kemudahan bagi orang tua milenial, internet tetap memiliki kelemahan. Permasalahan paling utama adalah kredibilitas informasi yang dipertanyakan. Tidak semua informasi yang beredar di internet adalah informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemudahan akses internet bisa membuat semua orang dengan gampang berbagi informasi dan kemudian dalam sekejap beredar luas. Permasalahan lainnya, ketika informasi yang beredar di internet cukup banyak, orang tua bisa menjadi kewalahan dan bingung dalam meresap informasi dan menentukan mana yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam mengasuh anak. Kebingungan ini bisa berakibat fatal saat anak akhirnya menjadi ‘kelinci percobaan’ orang tua tanpa adanya pengetahuan dan pertimbangan yang matang. Apalagi jika ternyata informasi yang diikuti adalah informasi hoax (palsu).
Lalu, untuk meminimalisir permasalahan yang disebutkan di atas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua milenial? Bolehkah mereka tetap menjadikan internet sebagai sumber informasi terkait pengasuhan anak. Jawabnya, tentu saja boleh! Namun, orang tua harus belajar untuk mencari dan mengevaluasi sumber berita di internet. Selain itu, mereka juga harus bijak memilih informasi mana yang akan diterapkan pada anaknya.
Berikut beberapa tips bagi orangtua dalam menjadikan internet sebagai sahabat/sumber informasi pengasuhan anak:
• Jika mengakes informasi dari website, sebaiknya cari website yang dikelola oleh sumber terpercaya (misalnya lembaga atau komunitas). Umumnya domain situs resmi yang digunakan di Indonesia adalah id. dan org. Kemudian, pastikan nama penulis tertera jelas dan ada bukti bahwa informasi didasarkan pada bukti saintifik. Website yang baik biasanya juga memiliki tampilan menarik dan mudah dibaca. Selain itu, website tersebut memberikan kemudahan akses untuk orangtua bertanya dan cukup responsif, bisa lewat kolom komentar atau no kontak yang dapat dihubungi.
• Pastikan teliti dalam mencermati usia: apakah informasi yang dibaca sesuai dengan usia anak mereka. Apabila usianya berbeda, sangat mungkin berbeda penanganan karena perkembangan anak bervariasi sesuai dengan usianya. Sebagai contoh, ketika membaca informasi tentang MP-ASI, rekomendasi makanan untuk anak 6 bulan pasti berbeda dengan rekomendasi untuk anak usia 12 bulan.
• Kritislah dalam memilah informasi dan menerapkannya kepada anak. Misalnya, saat orang tua memperoleh informasi dari orangtua lain atau influencer di Instagram, penting bagi orangtua untuk memperhatikan kesesuaian informasi dengan kondisi anaknya. Meskipun tampak baik, orang tua tidak bisa langsung menerapkan semua informasi atau meniru apa yang orang tua lain lakukan karena itu belum tentu berhasil apabila diberlakukan pada anaknya sendiri.
Nah, itulah beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan oleh orangtua saat menggunakan internet sebagai sumber informasi tentang pengasuhan. Namun, perlu diingat bahwa website/media sosial bukankah satu-satunya sumber belajar. Orangtua harus berpikiran terbuka dan jangan ragu untuk bertanya atau belajar langsung pada mereka yang lebih ahli atau berpengalaman! Selamat terus belajar menjadi orangtua.
Referensi:
1. Setyastuti, Y., Suminar, J. R., Hadisiwi, P., & Zubair, F. (2019). Millennial moms : social media as the preferred source of information about parenting in indonesia. Library Philosophy and Practice (e-journal).
2. Mooney, A., Rost, J., & Johnsmeyer, B. (2014). Diapers to diplomas: What’s on the minds of new parents. Retrieved April 15, 2020, from https://www.thinkwithgoogle.com/consumer-insights/new-parents/
3. Baker, S., Sanders, M. R., & Morawska, A. (2017). Who uses online parenting support? A cross-sectional survey exploring australian parents’ internet use for parenting. J Child Fam Stud, 26, 916–927. doi: 10.1007/s10826-016-0608-1
4. Bartholomew, M. K., Schoppe-Sullivan, S. J., Glassman, M., Kamp Dush, C. M., & Sullivan, J. M. (2012). New parents’ facebook use at the transition to parenthood. Fam Relat., 61(3), 455–469. doi: 10.1111/j.1741-3729.2012.00708.x
5. Chang, I.-H., & Chen, R.-S. (2019). The impact of perceived usefulness on satisfaction with online parenting resources: The mediating effects of liking and online interaction. Asia-Pacific Edu Res. doi: https://doi.org/10.1007/s40299-019-00484-y
6. Dworkin, J., Connell, J., & Doty, J. (2013). A literature review of parents’ online behavior. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 7(2), Article 2. doi: https://doi.org/10.5817/CP2013-2-2